Selasa 02 Dec 2025 14:49 WIB

Harga Kebutuhan Pokok di Aceh Melonjak Sampai 100 Persen, Telur Sentuh Rp 200 Ribu Per Satu Papan

Pasokan listrik di Aceh belum berjalan dengan normal.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Teguh Firmansyah
Para pengungsi banjir Pidie Jaya, Aceh, tinggal sementara di Menasah Lhok, Desa Lhok. Sekitar tujuh puluh lima keluarga tinggal berdesak-desakan di pengungsian. Kepada Desa Lhok Rachmadi mengatakan para pengungsi membersihkan rumah mereka pada siang hari dan para ke pengungsian pada malam hari, Senin (1/12/2025).
Foto: Lintar Satria/Republika
Para pengungsi banjir Pidie Jaya, Aceh, tinggal sementara di Menasah Lhok, Desa Lhok. Sekitar tujuh puluh lima keluarga tinggal berdesak-desakan di pengungsian. Kepada Desa Lhok Rachmadi mengatakan para pengungsi membersihkan rumah mereka pada siang hari dan para ke pengungsian pada malam hari, Senin (1/12/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH — Harga-harga barang kebutuhan utama masyarakat di Aceh melambung tinggi di situasi kebencanaan banjir bandang dan tanah longsor yang melanda lebih dari separuh wilayah provinsi tersebut.

Harga beberapa kebutuhan pangan seperti telur, dan asupan protein lainnya melonjak sampai 100 persen. Sedangkan ketersedian energi seperti bahan bakar minyak (BBM) bensin, maupun solar sulit didapat meskipun pasokannya ada.

Baca Juga

Seorang warga yang sekaligus menjadi relawan kemanusian di Banda Aceh, Rahmiana Rahman menyampaikan, kebutuhan penerangan yang paling mendesak saat ini. Karena kata dia, sampai hari ini listrik masih belum menyala.

“Alhamdulillah dalam beberapa hari ini, tidak lagi hujan dan cerah. Tetapi listrik masih belum menyala. Kalau menyala, itupun hanya sebentar karena mungkin giliran 1x24 jam, atau sampai 48 jam (listrik) mati, lalu nyala sebentar, lalu mati lampu lagi,” ujar dia saat dihubungi Republika dari Jakarta, Selasa (2/12/2025).

Listrik ini, kata Rahmiani menjadi krusial karena bukan cuma menyangkut soa penerangan. Melainkan, terkait dengan kebutuhan air bersih. Ia mengatakan, masyarakat di Aceh mengandalkan air bersih dari sumur bor dengan mesin pompa yang membutuhkan listrik.

Matinya sumber listrik tentunya berdampak pada akses ke air bersih. Sedangkan air dari saluran PAM, jika pun ada airnya tak dapat diandalkan lantaran masih berlumpur.

Mengenai lonjakan harga barang-barang pokok, dan pangan kata dia, memang terjadi. Meskipun stok barangnya tidak langka, tetapi harga-harganya melambung tinggi. “Bahkan ada yang sampai seratus persen. Seperti telur,” kata Rahmiana.

Pada Senin (1/12/2025), tim Rahmiana sempat membeli harga telur di harga Rp 150-200 ribu per papan yang isinya sekitar 30 butir.  “Itu kenaikannya seratus persen. Hari ini (2/12/2025) kita belum cek, karena masih ada beberapa stok untuk kebutuhan,” ujar dia.

Adapun harga ikan yang tak segar, di beberapa pasar mencapai Rp 70-an ribu per kilogram (Kg). “Pasar-pasar tetap buka, stok barangnya ada, tetapi memang mungkin karena panic buying jadi harga-harganya tidak normal lagi,” kata Rahmiana.

Sementara harga cabai, pedagang buka dasar harga kata dia, antara Rp 80 sampai 100 ribu per Kg. “Itukan naiknya lebih dari seratus persen, karena harga biasanya cuma 30-an ribu,” ujar dia.

Adapun beras, dengan kualitas biasa di pasaran dijual dengan harga Rp 260 ribu per sak. “Kue-kue basah, kue-kue pasar itu saja sekarang dijual satunya (Rp) 3 ribu. Biasanya, kan cuma seribu,” kata Rahmiani.

Sementara untuk BBM, kata dia, semua pom bensin tetap beroperasi. Tetapi, antrean panjang masyarakat yang membutuhkan membuat sumber energi tersebut baru diperoleh seharian.

“Pom-pom bensin tetap buka. Karena Pertamina sudah bilang stoknya aman. Tetapi, untuk bisa isi bensin, atau solar itu antreannya bisa tiga jam lebih. Saya dan suami, juga ada tim saya yang antre bensin seharian,” ujar Rahmiani.

Pedagang bensin eceran, kata Rahmiani tak ada yang mempunyai stok jual.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement