Rabu 05 Nov 2025 17:05 WIB

Ini Kehebatan Dua Senjata Baru Rusia yang Bikin NATO Ketar Ketir

Rusia mengembangkan rudal hipersonik Burevestnik dan Poseidon.

Ilustrasi rudal balistik antarbenua Rusia.
Foto: EPA-EFE/RUSSIAN DEFENCE MINISTRY PRESS
Ilustrasi rudal balistik antarbenua Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemajuan militer Rusia dalam beberapa tahun terakhir telah melahirkan dua sistem senjata strategis yang paling provokatif dan mengganggu keseimbangan keamanan global: rudal jelajah bertenaga nuklir Burevestnik (NATO: SSC-X-9 Skyfall) dan kendaraan nirawak bawah air Poseidon (NATO: Status-6).

Kedua senjata ini mewakili lompatan kuantum dalam pengembangan teknologi persenjataan Moskow, dirancang tidak untuk pertempuran konvensional, melainkan sebagai penangkal strategis yang bertujuan menembus pertahanan musuh dengan cara yang sebelumnya dianggap mustahil. Teknologi ini menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan negara-negara Barat dan NATO.

Baca Juga

Kehebatan utama rudal Burevestnik terletak pada sistem propulsi nuklir yang unik. Setelah peluncuran awal menggunakan roket pendorong padat, sebuah reaktor nuklir mini mengambil alih peran sebagai sumber tenaga utama.

Reaktor ini memanaskan udara berkecepatan tinggi yang masuk melalui ramjet dan menyemburkannya ke belakang, menghasilkan daya dorong yang berkelanjutan. Inovasi ini secara fundamental mengubah batasan jangkauan rudal jelajah konvensional.

Manfaat paling signifikan dari propulsi nuklir ini adalah jangkauan yang secara efektif tidak terbatas (virtually unlimited range). Secara teoretis, Burevestnik dapat terbang mengelilingi planet ini selama berhari-hari atau berminggu-minggu jika diperlukan, mendekati target dari arah yang tidak terduga, dan menghindari jalur penerbangan yang dipantau oleh radar.

Kemampuan untuk tetap berada di udara dalam waktu lama ini memberikan fleksibilitas strategis yang luar biasa kepada Rusia, memungkinkan rudal untuk mengintai atau menunggu perintah serangan yang tepat.

Selain jangkauan globalnya, Burevestnik dirancang untuk terbang pada ketinggian yang sangat rendah. Kemampuan terbang rendah, dikombinasikan dengan kemampuan bermanuver yang dikendalikan oleh reaktor nuklirnya, menjadikannya target yang sangat sulit bagi sistem pertahanan udara dan rudal balistik konvensional untuk dideteksi dan dicegat. Karakteristik ini diklaim mampu menembus hampir semua sistem pertahanan yang ada saat ini maupun di masa depan.

Namun, pengembangan Burevestnik bukannya tanpa kontroversi. Proyek ini dijuluki "Flying Chernobyl" oleh beberapa kritikus Barat karena risiko keamanan dan lingkungan yang melekat pada penggunaan reaktor nuklir di atmosfer. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement