REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG, – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa deflasi beras di 23 provinsi berhasil dicapai melalui sinergi bersama lintas sektoral. Langkah ini dilakukan dengan pengawalan di setiap kabupaten untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat.
"Tujuan kita menurunkan harga supaya masyarakat bahagia, dan itu sudah tercapai. Tapi kami tidak berhenti di sini. Kami bentuk tim pengawal harga di setiap kabupaten untuk memastikan stabilitas harga beras," kata Amran setelah menyimak laporan Badan Pusat Statistik (BPS) secara virtual di Balai Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) Serpong, Tangerang, Banten, Senin.
Tim tersebut terdiri atas unsur dari Kementerian Pertanian, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Perum Bulog, serta aparat penegak hukum. Tugas mereka adalah melakukan operasi pasar, terutama di daerah dengan harga beras yang masih di atas rata-rata nasional.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
"Operasi pasar tidak akan berhenti, bahkan saat panen raya nanti kita akan salurkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke daerah-daerah pegunungan yang bukan sentra produksi," tegas Amran.
Dengan sejumlah kebijakan dan kerja sama lintas sektor, Amran optimistis sektor pertanian Indonesia tengah berada di jalur yang benar menuju kemandirian pangan. "Ini adalah keberhasilan kita semua, bukan hanya Kementerian Pertanian, tapi seluruh anak bangsa. Dari Presiden, petani, hingga wartawan yang terus mengawal," imbuhnya.
Kondisi Deflasi Beras dan Pengaruhnya
Sebelumnya, BPS mencatat pada Oktober 2025, secara umum terjadi inflasi sebesar 0,28 persen. Namun, komoditas beras justru mengalami deflasi sebesar 0,27 persen (month-to-month). Kondisi ini berbeda dari tren dua tahun sebelumnya, di mana beras mengalami inflasi pada Oktober 2022 dan 2023.
Deflasi pada Oktober 2025 tercatat lebih dalam dibandingkan September 2025, menunjukkan penurunan harga yang semakin signifikan di berbagai daerah. Secara nasional, 23 provinsi mengalami deflasi beras, dengan tiga provinsi mencatat harga yang relatif stabil, sedangkan 12 provinsi lainnya mengalami inflasi beras.
Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengatakan rata-rata harga beras di penggilingan pada Oktober 2025 turun 0,54 persen dari bulan sebelumnya. Beras premium turun 0,71 persen, sementara beras medium turun 0,46 persen dari bulan sebelumnya.
Bukan hanya di tingkat penggilingan, di tingkat grosir dan eceran pun beras mengalami deflasi. "Beras di tingkat grosir deflasi sebesar 0,18 persen, dan di tingkat eceran 0,27 persen month-to-month," papar Pudji.
Penurunan harga beras yang terjadi secara luas di sebagian besar provinsi di Indonesia menjadi faktor penting dalam meredam tekanan inflasi nasional menjelang akhir tahun.
Konten ini diolah dengan bantuan AI.