REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto meninjau penanganan banjir di Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (3/11/2025). Dalam tinjauan tersebut, dia menemukan salah satu kendala penanganan banjir, yakni minimnya unit pompa dan adanya sejumlah pompa penyedot air yang rusak.
Suharyanto menerangkan, beberapa daerah di pesisir Kota Semarang ketinggiannya sudah lebih rendah dibandingkan permukaan air laut. Oleh sebab itu, ketika banjir melanda daerah-daerah terkait, opsi penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan memompa genangan air.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
"Nah ini agak terhambat, pompanisasi ini agak terhambat. Karena ada beberapa pompa yang rusak, terlambat diperbaiki, ada kurang pompa," kata Suharyanto ketika diwawancara awak media.
Menurut Suharyanto, kondisi pompa tersebut tak terdeteksi sebelum musim hujan tiba. "Begitu dapat hujan, dapat kiriman air, baru terlihat, bahwa jumlah pompanya juga kurang," ujarnya.
Dia menambahkan, saat ini sudah dibentuk Satgas Pompanisasi untuk penanganan banjir di Kota Semarang. "Karena ini suatu situasi darurat, makanya sementara yang memimpin satgas pompa adalah TNI-Polri, Pak Dandim Kota Semarang sebagai komandan satgas pompa," ucapnya.
Suharyanto mengungkapkan, tugas Satgas Pompanisasi adalah memantau pengoperasian pompa penyedot air selama 24 jam penuh. "Kalau ada yang rusak diperbaiki, yang kurang ditambah," katanya.
Dia menerangkan, saat ini terdapat 128 pompa penyedot yang dioperasikan di seluruh wilayah Kota Semarang. Namun sejumlah pompa merupakan perbantuan dari daerah lain seperti Demak, Kudus, dan Solo. Pompa perbantuan akan dikembalikan ketika banjir di Kota Semarang surut.
"Ini hari kesepuluh relatif sudah surut ya hampir di semua titik. Kalau kita jalan dari Kota Semarang lewat jalan utama menuju Kudus, Demak, itu sudah relatif lancar. Ada beberapa titik yang masih harus antre karena ada genangan-genangan, itu sedang diproses penanganan," ucap Suharyanto.
Ratusan miliar