Rabu 29 Oct 2025 05:22 WIB

Israel Kembali Bombardir Gaza, Puluhan Syahid

Nasib gencatan senjata terancam dengan serangan terkini Israel.

Asap mengepul di Jalur Gaza menyusul pemboman Israel, terlihat dari Israel selatan, Ahad, 5 Oktober 2025.
Foto: AP Photo/Ariel Schalit
Asap mengepul di Jalur Gaza menyusul pemboman Israel, terlihat dari Israel selatan, Ahad, 5 Oktober 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Israel kembali membombardir Jalur Gaza, sebuah aksi yang melanggar gencatan senjata dengan Hamas yang disepakati Oktober lalu. Puluhan warga Gaza termasuk perempuan dan anak-anak syahid akibat serangan tersebut.

Koresponden WAFA mengatakan bahwa serangan pesawat tak berawak Israel yang menargetkan rumah keluarga al-Banna di lingkungan al-Sabra, selatan Kota Gaza, mengakibatkan terbunuhnya empat orang dan melukai sembilan lainnya, termasuk seorang anak dan bayi. Beberapa lainnya hilang di bawah reruntuhan

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

Dalam insiden terpisah, seorang warga syahid dan lainnya terluka ketika tentara Israel mengebom tenda tempat berlindung para pengungsi di selatan kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah. Lima orang juga syahid ketika tentara Israel mengebom sebuah kendaraan di sebuah jalan di Khan Yunis, selatan Jalur Gaza.

WAFA menambahkan bahwa serangan udara Israel menargetkan kamp pengungsi al-Shati dan sekitar Jalan Abu Hasira, sebelah barat Kota Gaza, selain serangan udara yang menargetkan lingkungan al-Zeitoun, sebelah timur kota tersebut. Artileri Israel juga menembaki bagian timur Deir al-Balah, di Jalur Gaza tengah.

Sumber-sumber medis di Gaza mengatakan jumlah korban meninggal mencapai puluhan jiwa. Aljazirah menyampaikan junlahnya mencapai 21 orang, sementara sumber Republika memerkirakan bahwa setidaknya 37 warga Palestina syahid dan sekitar puluhan lainnya terluka akibat serangan udara Israel di wilayah yang dilanda perang tersebut. Ini jumlah kematian terbanyak dalam sehari setelah gencatan senjata diumumkan Oktober lalu.

Sayap militer Hamas telah mengumumkan bahwa mereka akan menunda penyerahan jenazah tawanan Israel yang ditemukan hari ini “karena pelanggaran” oleh Israel. Dalam sebuah pernyataan, Brigade Qassam menekankan bahwa setiap eskalasi Israel “akan menghambat operasi pencarian, penggalian, dan pengambilan jenazah, yang akan menyebabkan tertundanya pencarian jenazah” para tawanan yang tewas.

Hamas menuduh Perdana Menteri Israel Netanyahu mencari-cari alasan untuk menarik diri dari kewajiban Israel berdasarkan perjanjian yang ditengahi AS. Berdasarkan ketentuan gencatan senjata, Hamas membebaskan semua sandera yang masih hidup dengan imbalan hampir 2.000 narapidana Palestina dan tahanan masa perang, sementara Israel menarik kembali pasukannya dan menghentikan serangannya. Israel terus hanya mengizinkan sedikit bantuan yang sangat dibutuhkan ke Gaza yang dilanda perang.

Setidaknya 94 warga Palestina telah syahid sejak dimulainya gencatan senjata dengan Israel pada 10 Oktober. Pasukan Israel mengatakan mereka melewati “garis kuning” yang menggambarkan zona kendali Israel di Gaza. 

Namun pada beberapa hari pertama gencatan senjata, warga Palestina di sini bahkan tidak mengetahui di mana letak garis tersebut – di mana garis tersebut dimulai dan di mana berakhir. Pasukan Israel memasang beberapa tanda “bahaya” berwarna kuning di beberapa area tetapi tidak secara keseluruhan. 

Sekitar 10 hari yang lalu, keluarga Abu Shaaban yang terdiri dari 11 warga Palestina syahid dalam serangan Israel di Kota Gaza – di antara mereka adalah anak-anak dan perempuan yang kembali ke rumah mereka. Ada seorang jurnalis yang terbunuh selama gencatan senjata, dan serangan mematikan Israel kini terus berlanjut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement