Selasa 21 Oct 2025 12:21 WIB

Mindset Positif, Kunci Mahasiswa Tetap Waras di Tengah Tugas dan Skripsi

Mindset positif bukan berarti asal optimistis lalu berharap semesta menolong.

Mahasiswa dengan pola pikir positif cenderung punya hasil akademik yang stabil.
Foto: UBSI
Mahasiswa dengan pola pikir positif cenderung punya hasil akademik yang stabil.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Pernah nggak sih merasa stuck waktu ngerjain tugas kuliah, skripsi, atau pas lagi ujian? Kepala penuh, tapi ide nggak keluar. Mau lanjut tapi badan rasanya pengin rebahan saja.

Nah, ternyata yang bikin semua itu makin berat bukan cuma materinya, tapi cara berpikir kita sendiri. Mindset, begitu orang psikologi menyebutnya. Pola pikir yang menentukan bagaimana kita merespons tekanan dan tantangan hidup.

Mindset positif bukan berarti asal optimistis lalu berharap semesta menolong. Lebih dari itu, ini tentang bagaimana seseorang mengelola emosi, menerima kegagalan, dan menjaga semangat belajar dalam jangka panjang.

Dalam dunia perkuliahan yang sering bikin kepala mendidih, mindset positif bisa jadi semacam “senjata rahasia” untuk tetap fokus dan produktif.

Kepala Kampus Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) kampus Cibitung sebagai Kampus Digital Kreatif, Nicodias Palasara menyebut mahasiswa dengan pola pikir positif cenderung punya hasil akademik yang stabil.

Mereka tidak gampang tumbang meski tugas menumpuk atau nilai belum sesuai harapan. Sebaliknya, mahasiswa dengan mindset negatif biasanya cepat menyerah, sering membandingkan diri, dan akhirnya kewalahan menghadapi tekanan kampus.

Menurut dia, perjalanan kuliah sejatinya masa transisi dari remaja menuju dewasa. Ada tuntutan akademik, tanggung jawab sosial, dan juga keresahan soal masa depan. Nggak heran kalau banyak yang kaget begitu masuk dunia kuliah yang lebih mandiri.

‘’Di titik itu, penting banget menata cara berpikir. Ketika seseorang bisa mengubah rasa takut gagal menjadi semangat untuk mencoba lagi, di situlah mindset positif mulai bekerja,” ungkapnya dalam keterangan yang dikutip Selasa (21/10/2025).

Kabar baiknya, mengubah pola pikir nggak pernah terlambat. Banyak mahasiswa tingkat akhir yang baru mulai belajar berpikir positif waktu menghadapi skripsi atau magang. Hasilnya nyata, performa mereka meningkat dan beban terasa lebih ringan. Artinya, mindset bisa dilatih kapan saja asal ada niat dan kesadaran.

Mindset positif juga berlaku di luar ruang kuliah. Misalnya saat ikut organisasi, berdebat dalam forum, atau menghadapi konflik pertemanan. Mahasiswa yang berpikir positif akan berusaha mencari solusi dan menjaga komunikasi sehat.

Mereka tahu, setiap masalah bukan akhir dari segalanya, melainkan bagian dari proses tumbuh. Tentu saja membangun mindset positif bukan hanya tugas mahasiswa. Dosen, teman, dan budaya kampus ikut berperan besar.

Dosen yang terbuka berdiskusi, teman yang saling dukung, dan lingkungan kampus yang menghargai proses belajar adalah fondasi penting agar mahasiswa tumbuh dengan cara berpikir yang sehat. Nicodias menegaskan pentingnya hal ini dalam kehidupan akademik.

“Mindset positif itu fondasi utama untuk berkembang. Kami di UBSI berusaha menciptakan suasana kampus yang mendorong mahasiswa untuk berani gagal, bangkit, dan belajar lagi. Karena keberhasilan sejati lahir dari proses yang tidak selalu mulus,” ujarnya.

Ada beberapa cara sederhana untuk mulai menumbuhkan mindset positif. Pertama, sadari dulu pola pikir sendiri. Kedua, ubah kalimat

“Aku gagal” menjadi “Aku belum berhasil”. Ketiga, kelilingi diri dengan lingkungan yang suportif. Keempat, jaga keseimbangan antara akademik dan istirahat. Dan terakhir, belajar bersyukur pada hal-hal kecil yang sering kita lewatkan.

“Pada akhirnya, kuliah bukan sekadar urusan IPK atau gelar. Ini perjalanan mengenal diri, belajar jatuh, lalu bangkit dengan cara lebih bijak. Karena masa depan cerah tidak selalu ditentukan siapa paling pintar, tetapi yang punya pola pikir paling tangguh,” katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement