REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap gelas susu yang diminum anak-anak sekolah kini punya arti lebih dari sekadar asupan gizi. Di baliknya, ada kerja keras para peternak sapi perah di desa yang kini bisa tersenyum karena hasil susunya terserap lewat program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Program unggulan Presiden Prabowo Subianto itu bukan hanya dirancang untuk meningkatkan gizi anak bangsa, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi rakyat melalui penyerapan susu segar produksi dalam negeri. Karena itu, keberadaan susu dalam paket MBG bukan sekadar pelengkap menu, melainkan bagian penting dari strategi peningkatan gizi nasional.
"Susu adalah sumber kalsium, protein, dan vitamin D yang penting bagi pertumbuhan anak usia sekolah. Tapi di balik itu, program ini juga membuka peluang ekonomi besar bagi peternak rakyat karena menjadi off-taker utama produksi susu segar dalam negeri," kata Guru Besar Ilmu dan Teknologi Susu Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Epi Taufik, di Jakarta, Senin (13/10/2025).
Menurut Epi, Badan Gizi Nasional (BGN) telah menetapkan standar gizi yang ketat untuk susu MBG. Setiap produk wajib mengandung minimal 20 persen susu segar, dengan kandungan lemak, protein, karbohidrat/laktosa, dan mineral setara susu segar, serta kadar kalsium sedikitnya 15 persen dari nilai harian (daily value/DV).
Dengan formulasi tersebut, anak-anak memperoleh gizi optimal tanpa mengurangi kesempatan peternak untuk meningkatkan mutu dan volume produksi susu segar.
Epi menyebut, dampak ekonomi dari program itu meluas ke berbagai sektor, dari peternakan sapi perah, koperasi susu, hingga industri pengolahan, transportasi, dan kemasan.
"Efek dominonya besar, karena seluruh rantai pasok susu ikut bergerak," ujar Tim Pakar Bidang Susu BGN itu.