Senin 06 Oct 2025 06:04 WIB

RS Bhayangkara Telah Terima 45 Kantong Jenazah Korban Mushala Ambruk Ponpes Al Khoziny

Sebanyak 10 jenazah telah berhasil teridentifikasi.

Kantong jenazah korban yang berhasil dievakuasi oleh para petugas dari reruntuhan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo dan dibawa ke RS Bhayangkara Polda Jatim.
Foto: Dok : Istimewa.
Kantong jenazah korban yang berhasil dievakuasi oleh para petugas dari reruntuhan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo dan dibawa ke RS Bhayangkara Polda Jatim.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Surabaya mencatat telah menerima sebanyak 45 kantong jenazah korban ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny hingga Ahad (5/10/2025) pukul 18.00 WIB. Sebanyak 10 jenazah telah berhasil teridentifikasi.

“Sampai dengan hari ini, sampai saat ini teman-teman, data korban kantong jenazah yang dikirim ke Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya ini, totalnya sudah sebanyak 45 kantong jenazah,” ujar Kabid Dokkes Kepolisian Daerah Jawa Timur Kombes Pol M Khusnan saat jumpa pers di RS Bhayangkara Surabaya.

Baca Juga

Ia menyampaikan dari 45 kantong jenazah itu, sebanyak 10 korban telah teridentifikasi. Masing-masing lima orang teridentifikasi di Sidoarjo dan lima lainnya di RS Bhayangkara Surabaya.

“Dari 45 ini teman-teman, yang lima diidentifikasi ketika di Sidoarjo, yang tiga kemarin sudah dikirim berarti total delapan. Ditambah sekarang ada dua yang sudah teridentifikasi,” ujarnya.

Khusnan menambahkan dari total 45 kantong jenazah tersebut, empat di antaranya berisi potongan tubuh atau body part. Seluruhnya telah diambil sampel DNA untuk proses identifikasi.

“Semuanya sudah saya kirim, sampel DNA-nya ke Jakarta. Yang kemarin juga sudah saya kirim, tadi siang juga sudah saya kirim. Untuk yang baru datang kemungkinan besok kita juga akan lakukan,” ujarnya.

Ia memastikan proses identifikasi melalui sampel DNA dilakukan secepat mungkin dengan terlebih dahulu mengambil sampel DNA keluarga korban agar proses pengiriman dapat langsung dilakukan begitu jenazah tiba. Menjawab pertanyaan terkait penggunaan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dalam proses identifikasi, Khusnan menjelaskan bahwa NIK tidak menjadi dasar utama pengenalan jenazah.

“Jadi bukan terlambat karena apa namanya, kenapa keluarga korban sudah diambil kok nggak segera dikirim. Nah, kalau itu kan harus membutuhkan pembanding. Jadi kedua-duanya kita kirim,” katanya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika DIY Jateng & Jatim (@republikajogja)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement