Senin 22 Sep 2025 16:48 WIB

Dosen Farmasi UMS Masuk Daftar Ilmuwan Terbaik Dunia 2025

Sejak bergabung di UMS pada Juni lalu, Sanower merasakan dukungan penuh dari kampus.

Dr MD Sanower Hossain, Associate Professor di Fakultas Farmasi UMS, berhasil masuk dalam daftar Top 2% Scientists in the World 2025 versi Stanford University.
Foto: Humas UMS
Dr MD Sanower Hossain, Associate Professor di Fakultas Farmasi UMS, berhasil masuk dalam daftar Top 2% Scientists in the World 2025 versi Stanford University.

REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menorehkan prestasi membanggakan di tingkat internasional. Dr MD Sanower Hossain, Associate Professor di Fakultas Farmasi UMS, berhasil masuk dalam daftar Top 2% Scientists in the World 2025 versi Stanford University.

Penghargaan prestisius ini menempatkan Dr. Sanower di jajaran ilmuwan dengan pengaruh terbesar di bidang penelitian, khususnya mikrobiologi, berdasarkan dampak sitasi dan kontribusi ilmiah. Konsistensi publikasi di jurnal bereputasi, kiprahnya di dewan editorial internasional, serta jejaring riset global juga menjadi faktor penting yang membawanya ke pengakuan tingkat dunia.

“Alhamdulillah, ini adalah sebuah kehormatan. Pencapaian ini bukan hanya pengakuan bagi saya pribadi, tetapi juga kebanggaan untuk Universitas Muhammadiyah Surakarta,” ungkap Sanower, Senin (22/9/2025).

Sejak bergabung di UMS pada Juni lalu, Sanower merasakan dukungan penuh dari kampus. Ia bahkan diberi kepercayaan untuk membentuk kelompok riset baru di bidang advanced drug delivery yang dipimpinnya secara langsung.

“UMS memberi ruang kepemimpinan riset dan mendorong kolaborasi internasional. Ini menjadi modal besar untuk membawa universitas menuju visi World Class University 2029," katanya.

Sanower berpesan kepada mahasiswa agar tidak hanya mengejar publikasi, tetapi juga menjadikan riset sebagai solusi nyata bagi permasalahan kesehatan.

“Jadilah ambisius, tetapi konsisten. Hubungkan teori dengan aplikasi, bangun jejaring global, dan kerjakan riset dengan disiplin. Dengan begitu, mahasiswa UMS bisa berkontribusi di tingkat internasional," katanya.

Sanower menceritakan perjalanan studinya. Studi sarjananya ditempuh di bidang bioteknologi dan rekayasa genetika dari Universitas Sains & Teknologi Mawlana Bhashani (MBSTU), Bangladesh, dilanjutkan dengan gelar magister di bidang yang sama di Universitas Islam Malaysia (IIUM). Ia kemudian melanjutkan studi doktoral di bidang farmakologi di IIUM, dengan fokus pada penghantaran obat tingkat lanjut menggunakan biodegradable polymers untuk pengobatan infeksi tulang (osteomielitis). Risetnya berlanjut pada green synthesis zinc oxide nanoparticles yang memiliki aplikasi di bidang biomedis maupun lingkungan.

“Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada pembimbing PhD saya dulu, Associate Professor Dr Mohd Affendi Bin Mohd Shafri dan Profesor Dr. Farahidah Mohamed dari IIUM, atas bimbingan mereka yang tak ternilai sepanjang perjalanan penelitian saya dan atas inspirasi yang telah saya berikan untuk berjuang menjadi ilmuwan yang diakui secara global,” ungkapnya.

Sanower juga menyampaikan rasa terima kasih kepada pembimbing pascadoktoralnya dulu, Dr Jun Haslinda Shariffuddin dari Universiti Malaysia Pahang Al-Sultan Abdullah, Malaysia, karena telah memberikan kesempatan penelitian yang berharga dan dukungan berkelanjutan selama perjalanan pascadoktoral.

Menurut Sanower, ada tiga faktor yang berperan besar dalam keberhasilan penelitiannya. Pertama, pendekatan interdisipliner yang menghubungkan bioteknologi, farmakologi, dan nanoteknologi. Kedua, kerja tim dengan mahasiswa dan kolaborator internasional. Ketiga, konsistensi dalam menerbitkan karya ilmiah berkualitas meskipun menghadapi keterbatasan pendanaan maupun fasilitas.

“Ketekunan dalam menulis dan mempublikasikan riset yang bermakna, meskipun penuh tantangan, adalah kunci yang membawa saya sampai ke titik ini,” jelasnya.

photo
Dr MD Sanower Hossain saat Mengajar di Fakultas Farmasi UMS. - (Humas UMS)

Penelitian utama Sanower saat ini berfokus pada ‘drug delivery dan nanomedicine’, dengan mengembangkan sistem penghantaran antibiotik berbasis polimer biodegradable serta eksplorasi nanopartikel ramah lingkungan. Salah satu riset yang paling berkesan baginya adalah pemanfaatan limbah nanas untuk sintesis nanopartikel zinc oxide.

“Riset ini berkesan karena menggabungkan inovasi biomedis dengan pengelolaan limbah berkelanjutan,” ujarnya. Selain itu, karyanya di bidang kanker kolorektal telah memperoleh lebih dari 588 di Scopus dan 926 di Google Scholar.

Meski meraih prestasi besar, perjalanan riset Sanower tidak lepas dari tantangan, mulai dari keterbatasan dana, mahalnya bahan laboratorium, hingga persaingan ketat publikasi di jurnal internasional. Namun, menurutnya, tantangan justru memperkuat tekad untuk menghasilkan penelitian transformatif.

Ke depan, ia berencana mengembangkan produk komersial dari riset unggulannya, seperti green nanobit embedded hydrogel dressing untuk melawan resistensi antibiotik serta mucoadhesive hydrogels berbasis tanaman untuk terapi kanker kolorektal.

Sanower juga menyampaikan harapannya agar Indonesia semakin kuat dalam riset berkelanjutan. Ia mencatat bahwa Indonesia kini berada di peringkat 55 dalam indeks inovasi riset global.

“Saya yakin Indonesia bisa menembus 10% besar dunia. UMS memiliki peran strategis untuk mendorong riset transnasional, memberdayakan peneliti muda, dan membangun kolaborasi global di bidang kesehatan serta lingkungan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement