REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK, – Deputi Wakil Tetap Republik Indonesia di New York, Hari Prabowo, menegaskan bahwa program Asta Cita yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pernyataan ini disampaikan pada pengarahan media di PTRI New York, Amerika Serikat, Sabtu.
Menurut Bowo, Asta Cita berhubungan erat dengan beberapa dari 17 tujuan SDGs, seperti kesehatan, zero hunger, dan pengentasan kemiskinan. Keterkaitan ini menjadikan Asta Cita penting dalam diplomasi Indonesia di tengah pencapaian global yang masih rendah untuk target 2030.
“Di tingkat global itu baru di 35 persen. Alhamdulillah, Indonesia termasuk yang memiliki capaian cukup baik dengan 67 persen. Bahkan, menurut data PBB, Indonesia mencapai 72 persen, menunjukkan standar yang kita terapkan lebih stringent,” ungkap Bowo.
Keterkaitan dengan Tata Kelola
SDG 16 yang menyoroti Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Kuat, menurut Bowo, sejalan dengan aspek politik dalam Asta Cita yang bertujuan memperbaiki tata kelola dan good governance.
Bowo juga menyinggung rencana PBB untuk memangkas anggaran dan 3.000 pegawai setelah Amerika Serikat menghentikan pendanaan, yang menurunkan total anggaran menjadi sekitar 3,7 miliar dolar AS. Indonesia menyerukan agar efisiensi ini tidak mengurangi peningkatan kinerja PBB, terutama bagi negara-negara berkembang dan berpendapatan rendah, termasuk Palestina.
Kementerian Luar Negeri menyatakan bahwa Presiden Prabowo akan membahas isu global dan program domestik seperti Asta Cita dalam Sidang Majelis Umum PBB pada 23 September. Presiden Prabowo telah tiba di New York melalui Bandara Internasional John F. Kennedy.
Konten ini diolah dengan bantuan AI.