REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH, – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Aceh melaporkan bahwa sektor perbankan di Aceh menunjukkan pertumbuhan yang positif. Kepala KPwBI Aceh, Agus Chusaini, mengungkapkan pada Selasa, dalam kegiatan bincang bareng media di Banda Aceh, bahwa sektor perbankan di wilayah ini masih memiliki resiliensi tinggi.
Agus Chusaini menjelaskan bahwa stabilitas sistem keuangan di Aceh dapat dilihat dari pertumbuhan pembiayaan yang tetap solid. Hal ini didukung oleh pembiayaan konsumsi dan rendahnya rasio non-performing financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah.
Per Juli 2025, pembiayaan perbankan di Aceh mengalami peningkatan sebesar Rp45,24 triliun, tumbuh 9,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) perbankan Aceh mencapai Rp45,62 triliun, meningkat 1,3 persen dari tahun sebelumnya.
Selain itu, jumlah aset perbankan Aceh pada Juli 2025 mencapai Rp62,99 triliun, tumbuh 6,04 persen dari tahun lalu. Rasio pembiayaan terhadap simpanan atau financing to deposit Ratio (FDR) bank di Aceh tercatat sebesar 99,16 persen, sementara NPF berdasarkan lokasi bank sebesar 2,08 persen.
Agus Chusaini menambahkan bahwa penggunaan pembiayaan di Aceh sebesar 67,52 persen untuk konsumsi, 17,19 persen untuk investasi, dan 15,30 persen untuk modal kerja. Pangsa pembiayaan tertinggi berada di sektor perdagangan sebesar 41,54 persen, diikuti pertanian 23,78 persen, dan industri pengolahan 9,06 persen.
"Kami berharap dapat terus meningkatkan pembiayaan untuk kegiatan modal kerja sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi di Aceh," tutup Agus Chusaini.
Konten ini diolah dengan bantuan AI.