REPUBLIKA.CO.ID, KABUL — Gempa bumi yang mengguncang Provinsi Kunar, Afghanistan, menewaskan sekitar 1.457 orang di sejumlah desa. Para penyintas kini mencoba menggali reruntuhan untuk mencari kerabat mereka, menggotong jenazah dengan tandu anyaman, dan menggali kuburan menggunakan cangkul besi.
Di Desa Lulam, salah satu wilayah yang paling terdampak, seorang perempuan berusia 63 tahun bernama Darbar mengungkapkan, ia dan keluarganya sudah menunggu bantuan selama tiga hari sejak rumah mereka hancur.
“Tidak ada seorang pun yang mendengar suara kami,” kata Darbar, duduk di atas ranjang tradisional dari kayu dan tali, Rabu (3/9/2025).
Ia mengutarakan, dadanya terluka akibat gempa. “Sekarang kami hanya berserah kepada Tuhan. Kami tidak punya rumah, tidak ada makanan," katanya.
Di jalan pegunungan tak jauh dari desa itu, terlihat truk mengangkut karung tepung dan relawan membawa sekop menuju daerah yang terdampak lebih parah.
Ruhila Mateen dari Aseel, sebuah platform teknologi kemanusiaan yang memiliki tim di lapangan, mengatakan kondisi para penyintas memburuk setiap jam, terutama perempuan dan anak-anak yang paling rentan.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menuturkan rumah-rumah rapuh yang dibangun dengan batu kering dan kayu tidak mampu melindungi warga dari guncangan. Tanah yang labil akibat hujan lebat berhari-hari turut memperburuk keadaan.
OCHA menyerukan penyediaan tempat tinggal darurat, bantuan pangan, fasilitas sanitasi, air minum, pasokan medis penting, dan kebutuhan lainnya.
Organisasi internasional Dokter Lintas Batas (MSF) yang telah menyalurkan peralatan trauma ke dua rumah sakit di wilayah terdampak juga meminta tambahan bantuan kemanusiaan.
Namun, kekurangan dana membuat upaya bantuan terhambat. Kepala Program Pangan Dunia (WFP) di Afghanistan, John Aylieff, mengatakan lembaganya hanya memiliki persediaan dan pendanaan yang cukup untuk empat minggu ke depan.
“Empat pekan jelas tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar para korban gempa, apalagi menempatkan mereka pada jalur pemulihan,” kata Aylieff.
Menurut data keuangan PBB, pendanaan WFP untuk Afghanistan tahun ini hanya di bawah 300 juta dolar AS, turun drastis dari 1,7 miliar dolar pada 2022, tahun penuh pertama Afghanistan berada di bawah kekuasaan Taliban.
Afghanistan rawan gempa mematikan, terutama di Pegunungan Hindu Kush karena merupakan titik pertemuan lempeng tektonik India dan Eurasia.