Rabu 03 Sep 2025 06:22 WIB

Hatta dan Sosialisme, Bermula dari Enam Jilid Buku

De Socialisten berdampak besar bagi diri Bung Hatta.

Bung Hatta.
Foto: dok wiki
Bung Hatta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para bapak bangsa Indonesia adalah pencinta pustaka. Mereka telah membaca banyak buku lantaran kecintaannya pada literasi sudah terasah sejak dini.

Mohammad Hatta, misalnya. Sosok wakil presiden pertama RI ini berasal dari keluarga ulama. Ayahnya, Muhammad Djamil, merupakan keturunan Syekh Abdurrahman alias Syekh Batuampar, ulama Tarekat Naqsyabandiyah di Batuampar, dekat Payakumbuh (Sumatra Barat).

Baca Juga

Sewaktu Hatta masih berusia delapan bulan, ayahnya berpulang ke rahmatullah. Hatta kecil lantas diasuh pamannya, Haji Arsjad, yang kelak menggantikan Syekh Batuampar sebagai pemimpin Tarekat.

Sang paman sangat berharap Hatta tumbuh menjadi seorang ulama. Bahkan, Haji Arsjad sudah memantapkan niat untuk mengajak keponakannya itu ke Makkah al-Mukarramah demi menuntut ilmu. Apalagi, adik almarhum ayahanda Hatta, Haji Nurdin, telah lebih dahulu bermukim di kota suci tersebut.

Ketika Haji Arsjad sudah siap menuju ke kota kelahiran Nabi SAW itu, ternyata ibunda Hatta merasa putranya itu masih terlalu kecil untuk merantau ke Tanah Suci. Apalagi, waktu itu Hatta belum khatam Alquran.

Pada 1913, anak muda ini berhasil menyelesaikan pendidikannya di Europeesche Lagere School (ELS). Ia pun melanjutkan studinya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Padang.

Begitu lulus dari MULO, Hatta memutuskan untuk merantau ke Jawa. Ia meneruskan studi di Prins Hendrik Handels School, setingkat SMA yang khusus mengajarkan ilmu dagang, di Batavia (Jakarta).

Selama di Batavia, Hatta tinggal menumpang di rumah seorang pamannya yang juga saudagar sukses, Ma’ Etek Ayub. Bahkan, biaya pendidikannya ditanggung oleh pamannya tersebut.

Begitu besar rasa sayang Ma' Etek Ayub kepadanya. Dan, sang paman pun mafhum, Hatta sangat menggemari buku.

Ma' Etek Ayub membelikan banyak buku untuk Hatta. Di antaranya adalah Het Jaar 2000 karya Bellamy, Staathuishoudkunde (Ekonomi Negara) dua jilid karya NG Pierson, dan De Socialisten: Personen en Stelsels (Kaum Sosialis: Tokoh dan Sistem) enam jilid karya HPG Quack.

De Socialisten ternyata amat mengesankannya. Tuntas membaca enam jilid karangan Hendrick Peter Godfried Quack (1834–1917) itu, Hatta mulai tertarik untuk lebih mendalami sosialisme. Inilah cikal bakalnya mengkaji hingga akhirnya merumuskan apa yang kemudian disebut sebagai sosialisme Indonesia.

photo
De Socialisten karya HPG Quack. Ini menjadi salah satu buku yang digemari Bung Hatta. - (Tangkapan layar)

Dalam autobiografinya, Bung Hatta mengenang, betapa dahsyatnya pencerahan yang diberikan De Socialisten. Dengan membaca karangan Quack itu, Hatta dapat memahami sejarah panjang gagasan dan pergerakan sosialisme di seluruh dunia.

Bahkan, dalam Memoir, Hatta menghubungkan paham tersebut dengan akidah agama yang dianutnya.

“Harta Allah di dunia ini, yang dianugerahkan kepada manusia, perlukah dimiliki atau dikuasai oleh segelintir atau sekumpulan orang saja, sedangkan umat manusia yang terbesar (mayoritas) melarat hidupnya? Apakah tidak perlu diadakan peraturan hidup di masyarakat, supaya harta pemberian Allah dibagi merata antara manusia itu, kalau perlu dari negeri ke negeri? Berbagai jawaban tentang itulah yang menimbulkan berbagai konsepsi tentang sosialisme,” tulisnya.

Hatta merupakan seorang pembelajar yang cerdas. Ia selalu kritis dalam mencerna gagasan-gagasan yang dipelajarinya. Pemikiran-pemikiran yang ditelaahnya tidak pernah dianggapnya serta-merta benar. Ia terlebih dahulu merelevansikannya dengan agama yang dianutnya. Alhasil, Hatta dapat mengenal dan bahkan akrab dengan budaya Barat tanpa kehilangan jati dirinya sebagai seorang Muslim yang selalu berupaya takwa.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement