REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Tim Pengabdian kepada Masyarakat dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka (FKIP-UT) sukses menyelenggarakan pelatihan tahap pertama bertajuk “Pemberdayaan Guru dalam Mewujudkan Rintisan Sekolah Inklusi Berkelanjutan melalui SCOPE”.
Kegiatan yang dilaksanakan secara tatap muka ini berlangsung di Aula Ki Hajar Dewantara SMAN 3 Tangerang Selatan dan dihadiri 70 guru dan tenaga kependidikan dari sekolah tersebut.
Pelatihan ini bagian dari program pengabdian masyarakat yang didanai penuh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui Skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat Tahun Usulan dan Pelaksanaan 2025.
Fokus utama kegiatan ini meningkatkan kapasitas para guru dalam memahami, merancang, dan mengimplementasikan pembelajaran inklusif berbasis scaffolding yang responsif terhadap keberagaman peserta didik, khususnya anak berkebutuhan khusus (ABK).
Dalam sambutannya, Ketua Panitia Pelaksana sekaligus dosen Universitas Terbuka, Faizal Akhmad Adi Masbukhin, S.Pd., Gr., M.Sc., menyampaikan, kegiatan ini untuk membentuk komunitas profesional guru inklusi yang menjadi ruang refleksi, kolaborasi, serta pengembangan berkelanjutan dalam praktik pembelajaran.
“Harapan kami, program ini mampu mendorong terbentuknya sistem pembelajaran adaptif dan inklusif di sekolah menengah sebagai langkah konkret menuju sekolah yang ramah dan adil bagi semua peserta didik,” ungkap Faiz dalam keterangan, Selasa (29/7/2025).
Pelatihan menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Wenny Hikmah S., M.Psi., psikolog dari Rumah Konseling PT Namary Insan Solusi yang juga dosen di Universitas Mercubuana Jakarta, serta Erna Risnawati, M.Si., dosen FKIP Universitas Terbuka.
Keduanya memberikan materi komprehensif seputar prinsip dasar pendidikan inklusif, empati terhadap keberagaman, hingga praktik pembelajaran diferensiatif untuk mengakomodasi kebutuhan siswa yang beragam.
Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan, Dra Hj Aan Sri Analiah, M.Pd., dalam sambutannya menyampaikan dukungannya terhadap kegiatan ini.
Menurutnya, pendidikan inklusif menjadi pijakan penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang menghargai perbedaan dan memberikan kesempatan setara bagi seluruh siswa untuk berkembang.
“Seluruh pemangku kepentingan sekolah perlu memiliki pemahaman dan komitmen bersama dalam membangun sekolah yang benar-benar ramah dan menghargai keberagaman,” ujarnya.
Pelatihan ini dirancang dalam model blended learning, yang menggabungkan pembelajaran tatap muka dan asinkronus. Selain tiga sesi luring, peserta mengikuti pelatihan mandiri selama dua bulan (Juli-Agustus 2025) menggunakan platform digital MolecuLearn, yang memuat Scaffolding-Oriented Pedagogical E-Media (SCOPE).
Platform ini merupakan hasil pengembangan dosen Program Studi Pendidikan Kimia FKIP-UT dan dirancang untuk mendukung pembelajaran yang berjenjang dan interaktif.
Pelaksanaan pelatihan tahap pertama ini mendapatkan respons positif dari para peserta, yang menyatakan pelatihan sangat relevan dengan kebutuhan mereka dalam mengelola kelas yang heterogen.
Kegiatan ini menjadi langkah awal penting bagi SMAN 3 Tangerang Selatan dalam membangun rintisan sekolah inklusi berkelanjutan yang tidak hanya memberi ruang, tetapi juga memberdayakan setiap individu di dalamnya.