REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Prabowo Subianto mengaku emosional dan teringat dengan sosok mendiang ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo, saat mendengar kata "PSI" yang merujuk kepada "Partai Sosialis Indonesia", partai politik yang pernah menjadi alat perjuangan begawan ekonomi Indonesia itu.
Prabowo pun berterima kasih kepada Kaesang dan kader-kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang saat ini bernama Partai Super Terbuka (Tbk.), karena memilih singkatan PSI, karena menurut Presiden, PSI yang saat ini ada merupakan penerus perjuangan Partai Sosialis Indonesia.
"Saya sedikit emosional kalau mendengar kata-kata PSI, karena dahulu ayahanda saya pernah menjadi ketua PSI, yang PSI lama, PSI versi lama, yaitu Partai Sosialis Indonesia, sekarang ada penerusnya Partai Solidaritas Indonesia. Terima kasih telah memilih nama PSI, hurufnya dipilih, tetapi ya solidaritas sosial, Pancasila juga sosial," kata Presiden Prabowo saat berbicara dalam acara penutupan Kongres PSI Tahun 2025 di Surakarta, Jawa Tengah, Ahad malam.
Ayahanda Presiden Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo, seorang begawan ekonomi dan menteri pada masa Orde Lama dan Orde Baru, merupakan orang penting Partai Sosialis Indonesia, yang berjuang bersama-sama dengan tokoh-tokoh pejuang lainnya seperti Sutan Sjahrir, ketua umum Partai Solidaritas Indonesia dan perdana menteri Republik Indonesia pada tahun 1945 sampai dengan tahun 1947.
Dalam berbagai memoar dan biografinya, Sumitro dikenal sebagai politikus Partai Solidaritas Indonesia yang aktif menyuarakan pentingnya pemerataan pembangunan, dan Sumitro juga aktif mengkritik kebijakan-kebijakan yang dinilai terlalu "Jawa-sentris".
Walaupun demikian, Presiden Ke-1 Soekarno pada 17 Agustus 1960 mengeluarkan surat keputusan yang membubarkan PSI dan Masyumi, karena keduanya disebut-sebut terlibat dengan kelompok PRRI/Permesta. Sumitro, yang saat itu sempat menjadi buronan politik Soekarno, pun sempat berpindah-pindah negara, termasuk memilih menetap di Singapura. Sumitro baru kembali ke Indonesia pada tahun 1967, yaitu saat Orde Lama tumbang, dan Presiden Ke-2 Soeharto memulai rezim Orde Baru menggantikan Orde Lama pimpinan Soekarno.
Presiden Prabowo menghadiri acara penutupan Kongres PSI pada Minggu malam, yang menjadi momen ditetapkannya Kaesang Pangarep kembali menjabat sebagai ketua umum partai. Kongres PSI itu juga menjadi momen diumumkannya nama dan logo baru partai, yaitu yang semula Partai Solidaritas Indonesia menjadi Partai Super Terbuka (Tbk.), dan logo baru yang semula bunga mawar menjadi gajah berwarna merah dan hitam.