Selasa 15 Jul 2025 17:04 WIB

SMAN 3 Depok Patuhi Instruksi KDM Soal 50 Siswa per Kelas, Geser Mebel dari Laboratorium

Di SMA Negeri 3 Depok, setelah hasil analisis, maksimal 48 siswa per kelas.

Rep: mg160/ Red: Andri Saubani
Suasana SMAN 3 Depok, Jawa Barat, pada Selasa (15/7/2025).
Foto: Republika/mg160
Suasana SMAN 3 Depok, Jawa Barat, pada Selasa (15/7/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, Bayangkan, satu kelas yang idealnya berisi 36 siswa, kini bisa diisi maksimal oleh 50 siswa. Kebijakan tersebut diatur dalam keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 463.1/Kep.323-Disdik/2025.

Seberapa siapkah SMA/SMK di Jawa Barat tunduk pada kebijakan ini? Republika pada Selasa (15/7/2025), coba mereportase pelaksanaan kebijakan ini langsung di SMA Negeri 3 Depok.

Baca Juga

“Dari pak gubernur menginstruksikan kepada seluruh sekolah negeri untuk mengisi penerimaan siswa baru itu, mungkin banyak yang terpeleset di media karena yang benar itu adalah maksimal 50. Jadi kalau kata-kata maksimal 50 itu di keputusan Gubernur bisa 48, bisa 46, bisa 40, tergantung pada analisis sekolah masing-masing. Nah kalau di SMA 3 kita sudah menganalisis kemarin maksimal di 48,” jelas Wakil Bidang Kesiswaan Sahid Yunianto (48) saat ditemui Republika (15/07/25).

Sahid mengaku menarik mebeler dari laboratorium karena keterbatasan kursi di ruang kelas. “Karena minggu pertama belum ada praktikum, jadi kursi dari lab kita pakai dulu di kelas,” ujarnya menambahkan.

Dengan ukuran kelas rata-rata 8x9 meter, ruang gerak di dalam kelas pun semakin terbatas. “Kalau sekarang diisi 48 ya pastinya lebih sempit ya, kalau nyaman tidaknya mungkin lebih pasnya tanya ke siswa ya,” tambahnya.

Jumlah siswa yang semakin banyak memberikan tantangan untuk guru tersebut. Sahid menganalogikan, bimbingan belajar di lembaga manapun, semakin sedikit orang maka semakin mahal bayarnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit orang, maka semakin bagus kualitasnya, jika semakin banyak, maka kebalikannya.

Apakah dengan jumlah 48 siswa di dalam kelas akan menurunkan kualitas dari segi pendidikan? “Ya, kemungkinan turun, tapi ini kan belum pernah dicoba dan kita bisa jadi dengan keterbatasan itu justru menimbulkan semangat baru,” kata Sahid.

photo
Wakil Bidang Kesiswaan SMAN 3 Depok, Sahid Yunianto diwawancara Republika, Selasa (15/7/2025). - (Republika/mg160)

Meskipun tunduk pada kebijakan ini, pihak sekolah tetap berharap ada solusi jangka panjang. Salah satunya penambahan ruang kelas.

Menurut Sahid, sekolah kini hanya memiliki 11 kelas untuk satu angkatan. Idealnya, dengan lonjakan jumlah siswa, sekolah butuh setidaknya satu ruang tambahan.

“Kalau nanti sudah dapat bantuan ruang kelas baru, kita bisa kurangi isi satu kelas jadi 44 atau bahkan lebih sedikit,” ujarnya. Namun untuk saat ini, semua pihak diminta menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada.

Ella Nur Laela (55), Wakil Bidang Humas, membagikan pengalamannya mengajar di kelas yang berisi 48 siswa. Ia mengaku harus ekstra tenaga agar suara terdengar hingga ke sudut-sudut kelas.

Capek iya, karena harus terdengar ke 48 siswa. Ruang gerak juga terbatas,” katanya.

Namun ia menegaskan bahwa semua guru tetap melaksanakan instruksi tersebut sebagai bentuk tanggung jawab ASN. “Kalau masalah ini mau dibesar-besarkan sih bisa saja. tapi ya kita kan tidak seperti itu. Di lapangan ya kita laksanakan karena kita sebagai ASN kita jalankan apa yang menjadi instruksi dari atasan,” tutupnya.

photo
Wakil Bidang Humas SMAN 3 Depok, Ella Nur Laela, diwawancara Republika, Selasa (15/7/2025). - (Republika/mg160)

 

Nindito Dhayana Batrisya (14), merupakan siswa baru kelas 10 yang sedang menjalankan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS). Menurutnya, kebijakan satu kelas berisi maksimal 50 siswa ini kurang efektif dan terlalu banyak.

“Bisa-bisa semuanya tidak memahami pelajaran, yang dari 30 siswa saja ada yang tidak bisa memahami pelajarannya, gimana yang 50 siswa,” tuturnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement