Senin 14 Jul 2025 06:59 WIB

Enam Anak Gaza Berjalan Dua Kilometer Cari Air, Syahid Dibom Israel

Israel kembali membunuh dokter ternama di Gaza.

Anak pengungsi membawa botol air berisi air di tenda darurat di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, Kamis, 29 Agustus 2024.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Anak pengungsi membawa botol air berisi air di tenda darurat di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, Kamis, 29 Agustus 2024.

REPUBLIKA.CO.ID,GAZA – Serangan Israel di Jalur Gaza menewaskan sedikitnya 32 orang pada hari Ahad, termasuk enam anak-anak di sebuah tempat pengambilan air. Sementara jumlah korban tewas di pihak Palestina telah mencapai 58.000 orang setelah 21 bulan perang, kata pejabat kesehatan setempat.

Di Gaza tengah, para pejabat di Rumah Sakit Al-Awda mengatakan bahwa mereka menerima 10 jenazah setelah serangan Israel terhadap sebuah tempat pengumpulan air di Nuseirat. Di antara korban tewas terdapat enam orang anak-anak.

Baca Juga

Ramadan Nassar, seorang saksi mata yang tinggal di daerah tersebut, mengatakan kepada The Associated Press bahwa sekitar 20 anak-anak dan 14 orang dewasa tengah mengantri untuk mendapatkan air. Ia mengatakan bahwa warga Palestina berjalan sejauh 2 kilometer untuk mengambil air dari daerah tersebut.

Militer Israel mengatakan bahwa mereka menargetkan seorang militan, namun kesalahan teknis membuat amunisi mereka jatuh “puluhan meter dari sasaran.”

Di Nuseirat, seorang anak laki-laki membungkuk di atas sebuah kantong mayat untuk mengucapkan selamat tinggal kepada seorang teman. “Tidak ada tempat yang aman,” kata seorang warga, Raafat Fanouna, saat beberapa orang menyisir reruntuhan dengan tongkat dan tangan kosong.

Secara terpisah, para pejabat kesehatan mengatakan serangan Israel menghantam sekelompok warga yang sedang berjalan di jalan pada Ahad sore di pusat Kota Gaza, menewaskan 11 orang dan melukai sekitar 30 orang lainnya.

photo
Sara Al-Nouri berduka atas jenazah saudarinya yang berusia 13 tahun, Sama, satu dari 10 anak yang syahid akibat serangan Israel di klinik medis di Deir al-Balah, Jalur Gaza, Kamis, 10 Juli 2025. - ( AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Dr Ahmed Qandil, yang berspesialisasi dalam bedah umum, termasuk di antara mereka yang tewas, kata Kementerian Kesehatan Gaza. Seorang juru bicara kementerian, Zaher al-Wahidi, mengatakan kepada AP bahwa Qandil sedang dalam perjalanan ke Rumah Sakit Baptis Arab Al-Ahli.

Di pusat kota Zawaida, serangan Israel ke sebuah rumah menewaskan sembilan orang, termasuk dua wanita dan tiga anak-anak, kata para pejabat di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa. Kemudian, Rumah Sakit Al-Awda mengatakan serangan terhadap sekelompok orang di Zawaida menewaskan dua orang.

Militer Israel mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui serangan terhadap rumah tersebut, namun mengatakan bahwa mereka telah menyerang lebih dari 150 target selama 24 jam terakhir, termasuk apa yang mereka sebut sebagai fasilitas penyimpanan senjata, peluncur rudal, dan pos-pos penembak jitu. Israel menyalahkan Hamas atas jatuhnya korban sipil karena kelompok militan itu beroperasi di luar wilayah berpenduduk.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa perempuan dan anak-anak mencapai lebih dari setengah dari 58.000 orang yang tewas dalam perang tersebut. PBB dan organisasi internasional lainnya melihat angka-angkanya sebagai statistik yang paling dapat diandalkan untuk korban perang.

Menteri Energi Israel Eli Cohen mengatakan kepada saluran televisi sayap kanan Channel 14 bahwa kementeriannya tidak akan membantu membangun kembali infrastruktur di Gaza. “Gaza akan tetap menjadi pulau reruntuhan hingga beberapa dekade ke depan,” katanya.

Sejauh ini, Israel dan Hamas tampaknya tidak lebih dekat dengan terobosan dalam pembicaraan tidak langsung yang dimaksudkan untuk menghentikan perang dan membebaskan beberapa sandera Israel setelah kunjungan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ke Washington pekan lalu. Sebuah titik yang mencuat adalah mengenai penempatan pasukan Israel selama gencatan senjata.

Israel mengatakan bahwa mereka akan mengakhiri perang hanya jika Hamas menyerah, melucuti senjata dan pergi ke pengasingan, sesuatu yang Hamas tolak. Hamas mengatakan bahwa mereka bersedia membebaskan 50 sandera yang tersisa, sekitar 20 orang dikatakan masih hidup, sebagai imbalan atas berakhirnya perang dan penarikan pasukan Israel secara penuh.

Karena merasa frustrasi, keluarga beberapa sandera berdemonstrasi di luar kantor Netanyahu pada Ahad malam. "Mayoritas rakyat Israel telah berbicara dengan lantang dan jelas: Kami ingin melakukan kesepakatan, bahkan dengan mengorbankan perang ini, dan kami ingin melakukannya sekarang," kata Jon Polin, ayah dari Hersh Goldberg-Polin, seorang sandera Israel-Amerika yang terbunuh dalam tawanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement