Kamis 10 Jul 2025 16:11 WIB

Respons Banjir Jakarta, Dedi Mulyadi Tolak Istilah Banjir Kiriman dari Bogor

"Gini, enggak ada banjir kiriman dari Bogor," kata Dedi.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andri Saubani
Warga beraktivitas saat banjir merendam permukimannya di kawasan Kampung Baru I, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Jakarta, Senin (7/7/2025). Banjir yang menggenangi kawasan permukiman tersebut terjadi pada Ahad (6/7) sekitar pukul 17.00 WIB yang diduga akibat intensitas hujan tinggi yang menyebabkan luapan kali Cipinang. Hingga saat ini, genangan banjir di kawasan tersebut masih setinggi sekitar 50 centimeter. Menurut warga, sebanyak 95 kepala keluarga terdampak banjir selama hampir 20 jam yang menyebabkan sejumlah aktivitas warga terkendala. Berdasarkan data Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, banjir di Jakarta meluas di 109 RT dengan sebaran titik 17 RT di Jakarta Pusat, 15 RT di Jakarta Barat, 30 RT di Jakarta Selatan dan 47 RT di Jakarta Timur.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga beraktivitas saat banjir merendam permukimannya di kawasan Kampung Baru I, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Jakarta, Senin (7/7/2025). Banjir yang menggenangi kawasan permukiman tersebut terjadi pada Ahad (6/7) sekitar pukul 17.00 WIB yang diduga akibat intensitas hujan tinggi yang menyebabkan luapan kali Cipinang. Hingga saat ini, genangan banjir di kawasan tersebut masih setinggi sekitar 50 centimeter. Menurut warga, sebanyak 95 kepala keluarga terdampak banjir selama hampir 20 jam yang menyebabkan sejumlah aktivitas warga terkendala. Berdasarkan data Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, banjir di Jakarta meluas di 109 RT dengan sebaran titik 17 RT di Jakarta Pusat, 15 RT di Jakarta Barat, 30 RT di Jakarta Selatan dan 47 RT di Jakarta Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi buka suara terkait banjir yang terjadi di Jakarta beberapa hari yang lalu. Ia menegaskan, banjir yang terjadi di ibu kota itu bukan karena air kiriman dari Bogor.

Menurut dia, tidak ada istilah banjir kiriman. Aliran air yang turun dari dataran tinggi ke dataran yang lebih rendah merupakan siklus alam. Karena itu, air kiriman itu tidak bisa serta merta dijadikan faktor penyebab banjir di dataran yang lebih rendah, seperti Jakarta. 

Baca Juga

"Gini, enggak ada banjir kiriman dari Bogor. Air itu mengalir dari dataran tinggi ke dataran yang rendah, itu aspek siklus alam," kata dia saat menghadiri rapat koordinasi dengan KPK dak sejumlah gubernur di kawasan Ancol, Jakarta Utara, Kamis (10/7/2025).

Meski begitu, ia mengakui, banyak terjadi perubahan fungsi lahan dan tata ruang di wilayah Bogor. Namun, menurut dia, hal itu dilakukan oleh para pengusaha dari daerah lainnya.

"Kalau mau kita jujur, perubahan alih fungsi lahan dan tata ruang di Bogor juga kan para pengusahanya dari mana? Gitu lho," kata dia.

Ia menilai, selama keberadaan sungai yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah belum dibenahi, banjir akan terus terjadi. Menurut dia, harus dilakukan pembenahan agar sungai yang mengalir itu tidak lagi dangkal dan sempit. 

"Jadi saya katakan gini deh, selama sungainya masih dangkal, selama sungainya masih sempit, selama rawa-rawa terus diuruk untuk pembangunan, banjir pasti akan terus terjadi," ujar dia. 

Dedi mengatakan, pihaknya akan berupaya untuk merevisi tata ruang di wilayahnya. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta juga akan berupaya membongkar bangunan-bangunan yang menutup daerah aliran sungai. 

"Walaupun biayana sangat mahal ya, recovery lingkungan itu lebih mahal dari pembangunan. Nah tentunya tidak bisa jalan sendiri harus semua orang bekerja sama untuk concern menyelesaikan lingkungan," ujar dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement