Rabu 18 Jun 2025 14:17 WIB

Di Tengah Keterbatasan, SMPN 7 Muara Kaman Raih Predikat Google Reference School

Tak hanya letaknya yang terpencil, minimnya sarana transportasi juga jadi tantangan.

Para siswa SMPN 7 Muara Kaman saat mengikuti kegiatan belajar di sekolah.
Foto: dokpri
Para siswa SMPN 7 Muara Kaman saat mengikuti kegiatan belajar di sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, KUTAI KARTANEGARA -- Usaha dan tekad keras SMPN 7 Muara Kaman akhirnya menuai hasil. Sekolah yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, tersebut terpilih menjadi SMP negeri pertama di Indonesia yang mendapatkan predikat Google Reference School, sebuah program bertaraf internasional dari Google yang diberikan bagi sekolah-sekolah terpilih yang telah menggunakan teknologi secara mendalam untuk pembelajaran. 

Salah satu guru SMPN 7 Muara Kaman, Suwito, merasa bangga dan terharu atas predikat yang disematkan kepada sekolahnya. Ia bercerita, pemberitahuan bahwa SMPN 7 Muara Kaman terpilih menjadi Google Reference School diterimanya melalui surat elektronik pada 5 Juni 2025.

“Rasanya, tak bisa berkata-kata. Ini jadi kado istimewa bagi kami, menjadi SMP negeri pertama di Indonesia yang terpilih sebagai Google Reference School. Dan sekolah tersebut adalah sekolah kami, yang berada sangat jauh di pelosok, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Kami tidak mengira, dan sampai meneteskan air mata,” kata Suwito dalam siaran pers, Rabu (18/6/2025).

Bagi para guru SMPN 7 Muara Kaman, terpilih menjadi Google Reference School merupakan prestasi yang luar biasa. Ia mengisahkan, lokasi sekolah ini terpencil. Jaraknya dari ibu kota kabupaten saja membutuhkan waktu tempuh 3-4 jam dalam kondisi normal. Jika ada faktor alam seperti banjir atau jalan berlumpur karena hujan, waktu tempuh lebih lama lagi. Hal ini pula yang membuat sejumlah guru harus bermalam di sekolah, dan baru kembali ke rumahnya pada akhir pekan.

Tak hanya letaknya yang terpencil, minimnya sarana transportasi juga menjadi tantangan tersendiri. "Dengan segala keterbatasan ini, kami bisa terpilih, sungguh sesuatu yang luar biasa,” kata Suwito.

Ia mengisahkan, predikat ini tak lepas dari semangat untuk berubah dan beradaptasi dengan teknologi yang dilakukan para guru dan siswa. Medio 2021-2022, Suwito mendapatkan tawaran untuk mengikuti sertifikasi Google Level 1. Sebanyak 10 guru SMPN 7 Muara Kaman mengikuti bootcamp selama tiga hari dan mengikuti tes. Saat itu, tak ada satu pun guru yang lulus.

Hal ini tak membuat Suwito dan para guru lainnya putus asa.

“Kami jadi tertantang, ternyata selama ini kami belum ada apa-apa. Kami belajar lagi, kemudian dengan dukungan Dinas Pendidikan, kami ikut lagi ujian Level 1 dan lulus. Artinya, kami sudah mengenal alat-alat atau fitur-fitur Google, yang kemudian kami kembangkan untuk pembelajaran di sekolah,” kata Suwito.

Tak berhenti dan berpuas diri, para guru SMPN 7 Muara Kaman kembali mengikuti ujian Level 2 pada 2023. Kala itu, ia dan para guru mencoba menerapkan pembelajaran digital sepenuhnya dengan memanfaatkan fitur-fitur Google dan menggunakan Chromebook.

“Benar-benar tidak ada kertas, pulpen, pensil. Jadi kami hanya menggunakan Chromebook dan Google Workspace. Kami pun mulai berani berbagi dengan sekolah-sekolah lain soal transformasi digital yang kami lakukan," ujar Suwito.

Selanjutnya, Suwito dan beberapa guru mengikuti tes berupa Trainer Skill Assessment untuk mendapatkan sertifikasi sebagai Google Certified Trainer. Dari 10 orang guru yang mengikuti tes itu, hanya Suwito yang dinyatakan lulus. Pada 2023, SMPN 7 Muara Kaman terpilih menjadi Kandidat Google Reference School.

Dua tahun menjadi kandidat, pada tahun ini, SMPN 7 Muara Kaman diminta mendaftarkan diri untuk menjadi Google Reference School karena dinilai sudah memenuhi sejumlah persyaratan.

Saat penilaian, tim yang berkunjung melihat sendiri bagaimana pembelajaran digital diterapkan di SMPN 7 Muara Kaman. Pola pembelajaran di sekolah ini juga mengkombinasikan antara alam dan teknologi. Menurut Suwito, hal ini menjadi salah satu keunggulan, mengubah keterbatasan menjadi sebuah keunggulan.

“Pembeda kami yang tidak dimiliki daerah lain, kami kombinasikan alam dengan teknologi, kami belajar di bawah pohon. Kami menjadikan objek alam di sekitar kami sebagai media belajar. Kami pandu siswa mencari tahu melalui perangkat digitalnya, misalnya bagaimana mengolah kelapa sawit yang banyak di sekitar kami menjadi minyak. Siswa mencari tahu menggunakan alat Google, mereka olah, dan dipresentasikan,” kata Suwito.

Suwito mengungkapkan, sebelum mengenal Google Workspace dan melakukan pembelajaran menggunakan Chromebook, ada tantangan yang dihadapi para guru SMPN 7 Muara Kaman. Tantangan itu di antaranya mendorong siswa untuk rajin ke sekolah. Para siswa di daerah itu belum menjadikan sekolah sebagai prioritas utama karena kewajiban membantu orangtuanya bekerja.

Setelah mengenal pola pembelajaran digital, siswa memiliki motivasi baru. Para guru pun lebih mudah memberikan pengertian kepada orangtua, bahwa di sekolah anak-anak akan mendapatkan wawasan luas karena akan didukung dengan perangkat pembelajaran digital.

"Setelah kami beri penjelasan dan siswa memanfaatkan dengan baik, dan luar biasanya, siswa juga menginformasikan materi di sekolah ke orangtua, menjelaskan, sehingga ada perubahan mindset orangtua. Apalagi anak-anak juga menunjukkan kemajuan dalam belajar, dan sekarang orangtua memberikan dukungan anak untuk sekolah," kata Suwito.

Dalam berbagai kesempatan, para siswa juga mempresentasikan hasil belajarnya di depan orang tua. Penggunaan perangkat digital juga mendorong para siswa untuk memperluas wawasannya. Menurut Suwito, para siswa di sekolahnya 'haus informasi'. Saat guru menyampaikan materi, tak jarang mereka juga mencari tahu sendiri informasi yang relevan dengan topik pembelajaran melalui mesin pencari.

Dengan predikat Google Reference School, para guru SMPN 7 Muara Kaman percaya, akan lebih banyak siswa yang terdorong untuk mengenyam pendidikan di sekolah mereka.

Suwito mengungkapkan, ketika menjadi Kandidat Google Reference School, jumlah siswa yang mendaftar melonjak dua kali lipat. Sebelumnya, ada 60 siswa di SMPN 7 Muara Kaman, kini siswa didik berjumlah 134 orang.

"Ke depannya, harapannya, sekolah kami mampu menginspirasi, bisa berbagi dengan sekolah lain untuk meniru dalam penerapan teknologi. Yang tadinya kami bukan siapa-siapa, jadi ada perhatian khusus bahwa yang jauh di mata pun mampu bersaing tidak hanya lokal tapi juga nasional. Ini membuktikan, di tengah keterbatasan tidak harus menyerah," ujarnya.

Ia juga berharap, setelah ini, para siswa SMPN 7 Muara Kaman yang sudah berani bersama-sama untuk berubah dan tekun belajar, bisa terdorong untuk mencatatkan prestasi. "Setelah sebelumnya fokus kami bagaimana supaya siswa rajin ke sekolah, langkah selanjutnya adalah membantu bagaimana agar mereka berprestasi," kata Suwito.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement