REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani akan bertemu dengan para pemimpin gerakan Palestina, Hamas guna membahas usulan Amerika Serikat untuk kesepakatan gencatan senjata dengan Israel. Menurut informasi jurnalis media Axios Barak Ravid di platform X yang mengutip beberapa sumber, Al Thani akan bertemu dengan para pemimpin Hamas di Doha, Senin (2/6/2025) malam.
Ravid menambahkan bahwa transisi ke pembicaraan mediasi untuk menyelesaikan perbedaan yang tersisa akan dibahas dalam pertemuan tersebut. Sementara, militer Israel masih melanjutkan perang genosidanya terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dengan kembali melakukan serangan mematikan pada 18 Maret 2025 malam.
Pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu mengeklaim serangan itu berlanjut karena Hamas menolak menerima rencana AS untuk memperpanjang gencatan senjata dan membebaskan para sandera. Menurut statistik dari kementerian kesehatan Gaza, sejak 18 Maret, ketika Israel melanjutkan serangan, sudah lebih dari 4.000 warga Gaza tewas dan lebih dari 11.700 lainnya terluka.
Sebelumnya, Juru bicara Hamas, Jihad Taha mengatakan bahwa kelompok-kelompok perlawanan Islam meminta mediator Amerika Serikat, Steve Witkoff, untuk memberikan jaminan tertulis yang serius terkait penghentian perang genosida Israel di Gaza. Taha mengatakan, Hamas dalam koordinasi dengan kelompok perlawanan lainnya, sedang meninjau dengan cermat proposal yang diajukan oleh Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff, demikian Pusat Informasi Palestina sebagaimana dilaporkan IRNA pada Sabtu (31/5/2025).
Taha menyampaikan bahwa rencana yang diajukan Witkoff itu tidak memiliki jaminan yang diperlukan, dan gagal mengakomodasi banyak permintaan dari Hamas. Kendati demikian, ia menegaskan bahwa Hamas tetap mempertahankan sikap positif terhadap setiap inisiatif atau usulan yang dapat mengarah pada penghentian perang dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.
Ia juga menekankan bahwa setiap kesepakatan harus mencakup gencatan senjata penuh serta penarikan total militer Israel dari Jalur Gaza. Namun, versi final dari rencana Witkoff itu tidak mencantumkan jaminan langsung maupun bertahap untuk penghentian perang.
