REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Genosida Israel di Gaza, Tepi Barat, Lebanon, dan Suriah, menjatuhkan reputasinya di mata negara-negara dunia. Israel dipandang sebagai negara yang mengabaikan kemanusiaan, keadilan, dan hak hidup setiap insan.
Karena pengabaian tersebut, Pemerintah Spanyol membatalkan kontrak pengadaan amunisi senilai 6 juta Euro atau setara dengan Rp 115 miliar. Spanyol akan menarik diri dari kontrak pembelian senjata Israel, kata seorang pejabat pemerintah pada hari Kamis.
Setelah pers Spanyol mengungkap bahwa Madrid telah memesan 15 juta peluru dari sebuah perusahaan militer Israel musim gugur lalu, Perdana Menteri Pedro Sanchez mengumumkan kontrak itu akan dibatalkan.
Spanyol adalah salah satu negara Eropa yang paling vokal mengkritik operasi militer Israel di Gaza dan telah memberlakukan embargo pembelian atau penjualan senjata dari dan ke negara itu sejak 2023.
Sejak dimulainya perang Israel yang menghancurkan Gaza sebagai tanggapan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, Spanyol mendukung Palestina. Hal itu menuai kritik keras Benjamin Netanyahu. Sikap diplomatik Spanyol menonjol di antara negara-negara Eropa
Keterlibatan Spanyol dengan Palestina merupakan bagian dari tradisi diplomatik: pengakuannya (bersama Irlandia dan Norwegia) atas negara Palestina pada 28 Mei 2024, dukungannya terhadap kasus genosida terhadap Israel yang diajukan Afrika Selatan ke Mahkamah Internasional (ICJ) pada Oktober 2024, dan penangguhan sebagian ekspor senjata ke Israel, bukan sekadar produk dari keadaan politik saat ini.
Spanyol tidak akan membeli atau menjual senjata ke Israel di masa mendatang dan pemerintah sedang mempertimbangkan tindakan hukum apa yang dapat diambil.