REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kegiatan Journalism Fellowship on CSR (JFC) 2025 resmi dibuka pada Jumat (11/4/2025). Gelaran yang bakal berlangsung selama sebulan ke depan tersebut diresmikan langsung oleh Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu.
Dalam sambutannya, Ninik menyampaikan apresiasi kepada penyelenggara, yakni Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) yang berkolaborasi dengan Tower Bersama Group (TBG). Menurutnya, agenda tersebut menjadi salah satu wadah bagi talenta-talenta literasi atau jurnalisme untuk menghasilkan produk-produk karya jurnalistik yang berkualitas.
“Ini adalah kolaborasi antara para penggiat media GWPP yang selalu terus berpikir betapa pentingnya pendidikan, lalu CSR (TBG) yang mengerti bahwa bukan sekedar memenuhi kewajiban Undang-Undang tapi punya kepeduliaan bahwa sumber daya manusia terus-menerus meningkat, dan para wartawan yang punya concern dan hati untuk terus meningkatkan kapasitas,” kata Ninik dalam agenda ‘Kick-off Journalism Fellowship on CSR 2025’ yang digelar di Tower Bersama Group, Tangerang, Banten, Jumat (11/4/2025).
Ninik memberikan arahan agar keberjalanan JFC 2025 berangkat dari semangat untuk berdedikasi kepada masyarakat dalam menyajikan informasi-informasi yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal itu mengingat, dewasa ini, informasi telah ‘banjir’ dimana-mana, sehingga publik mesti memilah-milah mana yang fakta dan mana yang fake.
“Dalam agama ini disebut ikhtiar untuk jihad, agar ekosistem pers kita sehat. Banyak ‘kontribusi’ yang membuat ekosistem pers kita tidak sehat, banyak sekali, sehingga bukan kontribusi ya, memang maunya merusak. Maka kita berharap dari tulisan-tulisan yang berkualitas bisa menjadi daya tarik orang untuk meninggalkan yang fake,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ninik menyampaikan satu pesan mengenai empat hal yang menjadi bekal bagi para peserta JFC 2025. Empat hal tersebut bersumber dari nilai-nilai demokratis.
Pertama, menulis secara cover both side atau melihat dari berbagai sudut pandang. Ninik menekankan bahwa dengan menulis secara cover both side, artinya telah menjalankan prinsip demokratis.
Kedua, jangan mencampuradukkan antara opini dan fakta. Ninik mewanti-wanti bahwa karya yang mencampuradukkan antara fakta dengan opini jelas tidak bertanggung jawab. Itu berpotensi memutarbalikkan fakta yang sebenarnya, dan menjadi menyesatkan.
Ketiga, pers punya moralitas. Moralitas dinilai sebagai pondasi bagi para insan pers dalam menjalankan misi jurnalisme. Ia mengingatkan agar para insan pers tidak melakukan aksi-aksi yang mencoreng moralitas, misalnya melakukan aksi intimidatif dan ‘menjual proposal’ untuk kepentingan pribadi.
Adapun yang pesan yang keempat adalah mengenai azas praduga tak bersalah. Prinsip tersebut memang harus dikedepankan agar tidak terjadi trial by the press yakni berita yang menghakimi secara sepihak.
“Empat prinsip dasar demokratisasi dalam pers ini harus dijaga dan ini penting sekali, dan selalu saya titipkan dalam setiap kesempatan,” kata Ninik.
Ninik berharap kegiatan JFC 2025 bisa berjalan dengan penuh komitmen. Ia juga meminta agar para peserta bisa konsisten dalam mengikuti pelatihan tersebut.
“Mudah-mudahan ini terus berlanjut dan nanti dievaluasi keberhasilan-keberhasilan yang dihasilkan dari karya-karya teman-teman yang mengikuti pelatihan ini. Enggak selalu dalam bentuk penghargaan, tapi ketika saudara bisa tidak mencampurkan opini dan fakta, bisa mendapatkan informasi secara genuine, menjunjung tinggi moralitas, itu adalah satu keberhasilan. Ada lompatan pemikiran bagaimana menjadi jurnalis yang berkualitas,” harapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur GWPP Nurcholis MA Basyari mengatakan, JFC 2025 diikuti oleh sebanyak 16 orang wartawan dan content creator. Belasan peserta pelatihan tersebut berasal dari berbagai daerah, mulai dari Sumatera hingga Papua.
Ia menerangkan bahwa pelatihan dalam JFC 2025 akan mencakup tidak hanya bidang pendidikan saja, tetapi juga bidang kesehatan, sosial budaya, dan lingkungan, yang lazim menjadi garapan Corporate Social Responsibility (CSR).
“Kegiatan ini dilaksanakan sepanjang satu bulan. Kami ingin membuktikan bahwa pendidikan pelatihan ini tidak kontraproduktif terhadap produktivitas wartawan karena salah satu syarat peserta adalah tidak boleh cuti. Dan Alhamdulillah terbukti, selama ini justru banyak teman-teman pengelola media yang mengirimkan reporternya merasa terbantu karena produktivitasnya meningkat, kualitasnya juga baik,” ujar Nurcholis.
Nurcholis berharap gelaran JFC 2025 dapat terlaksana dengan baik dan memberi dampak positif bagi masyarakat secara luas melalui karya-karya jurnalistik yang berkualitas. Ia meyakini kolaborasi berbagai pihak yang terlibat, karya-karya jurnalistik, yang nantinya berisi seputar ilmu CSR, akan bisa menciptakan wawasan yang lebih luas bagi masyarakat.