Sabtu 12 Apr 2025 13:00 WIB

Korban Puluhan Serangan Israel Perempuan dan Anak-Anak Semata

Sekitar 400.000 warga Palestina terpaksa mengungsi di Gaza sejak Maret.

Amani Abu Aker memegang jenazah keponakannya yang berusia dua tahun, Salma, yang syahid dalam serangan tentara Israel di Kota Gaza, Senin 24 Maret 2025.
Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi
Amani Abu Aker memegang jenazah keponakannya yang berusia dua tahun, Salma, yang syahid dalam serangan tentara Israel di Kota Gaza, Senin 24 Maret 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan perempuan dan anak-anak Palestina adalah satu-satunya korban jiwa dalam setidaknya tiga lusin serangan udara Israel di Gaza sejak pertengahan Maret, seiring dengan peringatan bahwa serangan militer Israel mengancam “keberlanjutan keberadaan orang-orang Palestina sebagai sebuah kelompok”.

Ravina Shamdasani, juru bicara Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, mengatakan pada Jumat bahwa kantornya telah mendokumentasikan 224 serangan Israel terhadap bangunan tempat tinggal dan tenda-tenda bagi para pengungsi di Jalur Gaza antara 18 Maret dan 9 April.

Baca Juga

“Dalam 36 serangan yang informasinya dikuatkan oleh Kantor Hak Asasi Manusia PBB, korban jiwa yang tercatat sejauh ini hanya perempuan dan anak-anak,” katanya. Temuan ini muncul ketika serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 1.500 warga Palestina sejak militer Israel melanggar gencatan senjata pada bulan Maret, menurut angka dari Kementerian Kesehatan Palestina.

Israel juga telah memberlakukan blokade total terhadap daerah kantong pesisir Palestina, sehingga PBB dan kelompok hak asasi manusia memperingatkan bahwa makanan, air, obat-obatan, dan pasokan penting lainnya akan segera habis.

"Lebih dari sebulan telah berlalu tanpa setetes pun bantuan ke Gaza. Tidak ada makanan. Tidak ada bahan bakar. Tidak ada obat-obatan. Tidak ada pasokan komersial," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kepada wartawan di New York awal pekan ini.

"Ketika bantuan berkurang, pintu kengerian telah terbuka kembali. Gaza adalah ladang pembunuhan – dan warga sipil berada dalam lingkaran kematian yang tak ada habisnya."

Setidaknya 15 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak fajar pada hari Jumat. Jumlah tersebut termasuk 10 anggota satu keluarga, termasuk tujuh anak-anak, yang syahiddalam pemboman sebuah rumah di Khan Younis di Gaza selatan.

Sementara itu, banyak orang terjebak di bawah reruntuhan di seluruh wilayah akibat serangan Israel, koresponden Aljazirah melaporkan dari Deir el-Balah di Gaza tengah.

“Kami telah mendengar kesaksian yang sangat mengerikan dari kru pertahanan sipil yang mengatakan bahwa mereka sedang menyelamatkan warga Palestina yang terjebak di bawah rumah mereka yang hancur,” katanya. “Mereka mendengar suara bayi dan suara anak-anak menangis minta tolong dan berteriak meminta pertolongan.”

Berbicara kepada Aljazirah pada Jumat, Shamdasani, juru bicara kantor hak asasi manusia PBB, mengatakan situasi di Gaza “lebih buruk dari sebelumnya”.

Warga Palestina dipindahkan secara paksa ke daerah-daerah yang semakin kecil, katanya, sementara serangan militer Israel terus berlanjut, bantuan kemanusiaan diblokir, dan para pejabat Israel mengkondisikan bantuan untuk pembebasan tawanan yang ditahan di daerah kantong tersebut.

photo
Anak-anak pengungsi Palestina berkumpul untuk menerima makanan yang didistribusikan oleh badan amal di kamp pengungsi Jabalia, Jalur Gaza utara, 08 April 2025. - (EPA-EFE/HAITHAM IMAD)

“Seperti yang telah kami katakan hari ini, mengingat dampak kumulatif dari tindakan pasukan Israel di Gaza, kami khawatir bahwa Israel tampaknya memberikan kondisi kehidupan yang semakin tidak sesuai dengan kelangsungan keberadaan mereka sebagai kelompok di Gaza,” katanya.

Israel telah berjanji untuk melanjutkan serangan militernya, dan para pejabat dalam beberapa hari terakhir menguraikan rencana untuk merebut wilayah baru di Gaza selatan. Militer Israel juga telah mengeluarkan serangkaian perintah evakuasi.

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan sekitar 400.000 warga Palestina terpaksa mengungsi di Gaza sejak gencatan senjata berakhir pada 18 Maret.

“Mereka kini juga mengalami hambatan terlama dalam bantuan dan pasokan komersial sejak dimulainya perang,” kata UNRWA dalam sebuah postingan di X yang mendesak akses kemanusiaan tanpa hambatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement