REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Di tengah ambisi orang Yahudi mempertahankan Israel, ternyata ada kelompok mereka yang tak setuju. Kelompok ini menyuarakan ketidaksepakatan terhadap Israel, karena bertentangan dengan kerajaan surga atau Kingdom of Heaven.
Rabi Dov Lando, seorang pemimpin Yahudi ultra-Ortodoks Lithuania di Israel , mengkritik Zionisme dalam surat terbarunya yang dikirimkan kepada pemimpin redaksi Yated Ne'eman, salah satu surat kabar ultra-Ortodoks terkemuka di negara tersebut.
"Zionisme adalah gerakan yang tujuannya adalah menempatkan orang-orang Israel pada basis sekuler yang jelas, yang isinya adalah ajaran sesat dan pemberontakan terhadap Kerajaan Surga," tulis Lando kepada editor Rabi Israel Friedman, seraya menambahkan bahwa "tidak ada izin" untuk bergabung dengan Zionis.
Lando, yang memimpin salah satu seminari tertua di Israel, dikenal karena pandangan anti-Zionisnya. Selama wawancara ia mengungkapkan isi surat Lando, Friedman juga mengungkapkan pandangan anti-Zionis.
Menurut Friedman, Zionisme berusaha menciptakan "Yahudi baru", yang bertentangan dengan nilai-nilai masyarakat ultra-Ortodoks.
"Zionisme tidak sesuai dengan pandangan dunia kita," katanya. "Orang-orang Israel sudah ada sejak 3.000 tahun lalu, sedangkan orang-orang Israel baru ada selama 80 tahun."
"Kita harus terus melanjutkan jalan kita dan mempertahankan tembok pemisah dan keterasingan," pungkasnya, mengacu pada cara hidup Ortodoks.
Sejak dimulainya perang di Gaza, telah terjadi perdebatan publik yang sengit mengenai apakah kaum ultra-Ortodoks harus mendaftar menjadi tentara.
Sejak berdirinya negara Israel, kaum ultra-Ortodoks dibebaskan dari wajib militer agar mereka dapat belajar di seminari. Studi tersebut didanai oleh negara.