Sabtu 29 Mar 2025 07:57 WIB

Gempa Hebat Myanmar Ikut Robohkan Masjid, Imran Wafat Saat Shalat

Sejumlah bangun seperti hotel, rumah, dan masjid di Mandalay juga ambruk akibat gempa

Tim penyelamat bekerja di lokasi gedung bertingkat tinggi yang yang runtuh pascagempa berkekuatan 7,7 skala Richter di Bangkok, Thailand, Sabtu dini hari, 29 Maret 2025.
Foto: AP Photo/Wason Wanichakorn
Tim penyelamat bekerja di lokasi gedung bertingkat tinggi yang yang runtuh pascagempa berkekuatan 7,7 skala Richter di Bangkok, Thailand, Sabtu dini hari, 29 Maret 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempat hebat yang mengguncang Myanma merobohkan banyak bangunan tak terkecuali masjid. Salah satu daerah yang cukup terimbas akibat gempat adalah Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar. 

Nadi, yang juga meminta untuk tidak menyebutkan nama lengkapnya, mengatakan saudara iparnya, Imran, sedang salat di dalam masjid ketika tanah mulai berguncang hebat pada Jumat. Kekuatan gempa merobohkan semua bangunan di dalam kompleks masjid.

Baca Juga

Imran mencoba melarikan diri. Namun ia mengalami pendarahan hebat. "Jaringan telepon seluler terputus dan tim penyelamat datang sangat terlambat," katanya dilansir the Guardian. Ia meninggal dalam usia 18 tahun.

Nadi mengatakan masjid tersebut adalah salah satu dari dua masjid yang runtuh di daerah tersebut. Sebuah bangunan hotel dan rumah-rumah di sekitarnya juga hancur.

 

"Hotel itu ambruk hingga lantai tiga, dan staf hotel beserta pemiliknya masih terjebak," katanya. "Orang-orang masih terjebak di dalam rumah."

Korban, kata Nadi, menjadi 'semakin banyak.

Sementara itu, saat hari mulai gelap di Mandalay, banyak penduduk memilih mendirikan tenda-tenda kecil dan bersiap untuk tidur di jalanan daripada harus kembali ke rumah mereka. Ada ketakutan gempa besar akan kembali terjadi dan bangunan runtuh. 

"Kami khawatir beberapa bangunan yang lemah akan runtuh," kata Ko Ko, yang meminta untuk tidak menyebutkan nama lengkapnya.

Mandalay adalah salah satu daerah yang paling parah terkena dampak gempa bumi hari Jumat, gempa dangkal berkekuatan 7,7 skala Richter yang beberapa menit kemudian diikuti oleh gempa susulan berkekuatan 6,4 skala Richter.

Ko Ko sedang mengemudikan mobilnya ketika tanah berguncang untuk kedua kalinya. "Kami berhenti di sudut jalan karena guncangan. Pada saat itu, sebuah rumah sakit runtuh tepat di depan saya, seperti lembaran wafel yang hancur, dan awan debu besar muncul seperti dalam adegan film," katanya.

"Sebagian besar tempat di Mandalay rusak parah," katanya menambahkan.

Memerlukan waktu untuk mengetahui tingkat kerusakan secara menyeluruh. Setidaknya 144 orang dilaporkan tewas akibat gempa tersebut. 

Myanmar diperintah oleh junta militer represif yang mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021, dan telah melarang sebagian besar media independen, memaksa jurnalis untuk beroperasi secara sembunyi-sembunyi atau di pengasingan.

Militer merebut kekuasaan setelah menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi, sebuah langkah yang ditentang luas oleh publik dan memicu perlawanan bersenjata yang terdiri dari berbagai kelompok pro-demokrasi dan organisasi etnis bersenjata.

Junta militer sejak itu telah kehilangan sebagian besar wilayah di sepanjang perbatasannya, meskipun masih menguasai wilayah seperti Mandalay.

Setelah gempa bumi, militer – yang hanya memiliki sedikit sekutu – mengajukan permohonan 'langka' untuk bantuan internasional, yang menunjukkan kekhawatiran mendalam atas kerusakan tersebut.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement