REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi timnas Indonesia pada Kualifikasi Piala Dunia 2026 mendapat sorotan FIFA. Dari awalnya tak diperhitungkan, timnas Indonesia kini menembus babak ketiga dan masih memelihara asa lolos ke Piala Dunia 2026.
Indonesia,dalam hal ini PSSI, disamakan dengan sosok Marty McFly dalam film Back to the Future, Skuad Garuda seakan kembali ke masa lalu untuk mengambil pelajaran agar bisa menuliskan sejarah pada masa depan.
Pada tahun 1938, Indonesia, yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, mencatat sejarah sebagai negara Asia pertama yang tampil di putaran final Piala Dunia.
Bertabur pemain berdarah Belanda dengan kombinasi para pemain keturunan China dan pribumi, Indonesia bertanding di Prancis meski harus tersingkir cepat usai mengalami kekalahan telak 6-0 dari Hungaria.
Hampir sembilan dekade berselang, Indonesia mencoba mengulang sejarah dengan skenario berbeda. Bukan sekadar tampil, tetapi berusaha lolos ke turnamen yang lebih besar, dengan lebih banyak peluang dan mimpi.
Kemenangan 1-0 atas Bahrain di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Selasa (25/3/2025) malam, menjadi bahan bakar bagi Garuda dalam mesin waktu menuju Amerika Utara 2026.
Jika dulu Indonesia diperkuat pemain berdarah Belanda, China, dan pribumi, saat ini PSSI mengandalkan kombinasi pemain berdarah keturunan Indonesia-Belanda untuk mengangkat level permainan.
Nama-nama pemain keturunan seperti Ole Romeny, Jay Idzes, dan Thom Haye, berpadu dengan bakat-bakat lokal seperti Marselino Ferdinan dan Rizky Ridho.
Mereka menjadi bagian dari generasi yang berusaha mengembalikan kejayaan Indonesia di pentas dunia.
Ole Romeny, salah satu pemain keturunan yang kini membela Merah Putih, mencetak gol kemenangan dan menghidupkan kembali harapan di Grup C. Ini menjadi respons sempurna setelah kekalahan telak 5-1 dari Australia di Sydney pekan lalu.
Kemenangan ini memang belum mengubah posisi Indonesia yang masih berada di peringkat keempat klasemen. Namun, indonesia kini hanya terpaut satu poin dari Arab Saudi yang bermain imbang 0-0 dengan Jepang.
Dengan dua pertandingan tersisa melawan China dan Jepang, peluang Garuda untuk setidaknya lolos ke putaran keempat kualifikasi Zona Asia masih terbuka lebar
"Pada 1938, Hindia Belanda hanya memiliki satu pertandingan untuk membuktikan diri. Kini, timnas Indonesia punya perjalanan panjang yang masih bisa mereka kendalikan sendiri. Pelatih Patrick Kluivert, legenda Belanda yang kini menjadi otak strategi Garuda, mengemban tugas besar: membawa Indonesia ke masa depan yang lebih gemilang dengan merangkai potongan-potongan sejarah yang pernah ada," tulis FIFA.
"Dari sudut pandang saya, ini hanyalah permulaan. Sekarang kita memiliki lebih banyak waktu untuk berkembang dan meningkatkan performa. Saya tahu para pemain mampu tampil pada level yang lebih tinggi lagi. Fokus kami sudah tertuju pada apa yang ada di depan, terutama Juni 2025. Kita memiliki waktu untuk menyempurnakan segala aspek dan memaksimalkan potensi kita," ujar Kluivert selepas kemenangan atas Bahrain dengan nada optimistis.
"Saya sangat bangga dengan tim ini. Mereka bermain dengan hati, menciptakan banyak peluang, dan saya melihat masa depan yang cerah untuk mereka semua. Saya benar-benar percaya ini hanyalah awal, dan saya tidak bisa lebih bangga lagi."
Indonesia dinilai membutuhkan kombinasi kerja keras, keberanian dan mentalitas sepak bola yang kuat untuk menulis sejarah baru. Dengan dukungan suporter yang tak pernah padam dan determinasi yang semakin kuat, Indonesia bukan mengulang sejarah, tetapi untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah.