Selasa 25 Mar 2025 15:57 WIB

Cerita Getir Rao, Mudik Hanya Bawa Gawai Setelah 7 Tahun Berjuang di Tanah Rantau

Ratusan penumpang sedang menunggu jadwal keberangkatan kapal Dobonsolo di Priok.

Rep: Muhammad Noor Alfian Choir/ Red: Mas Alamil Huda
Petugas mengeluarkan sepeda motor milik penumpang kapal Pelni KM Dobonsolo setelah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Ahad (14/4/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Petugas mengeluarkan sepeda motor milik penumpang kapal Pelni KM Dobonsolo setelah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Ahad (14/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, Suasana riuh mewarnai Pelabuhan Tanjung Priok pada Selasa (25/3/2025) pagi. Ratusan penumpang tampak sedang menunggu jadwal keberangkatan kapal Dobonsolo untuk dalam rangka mudik Idul Fitri 1446 Hijriah.

Pantauan Republika, sekitar pukul 08.15 WIB para penumpang sudah berbaris di Pelabuhan Tanjung Priok meskipun akses ke kapal belum dibuka. Para penumpang menunggu pengecekan tiket hingga bagasi yang dibawa.

Baca Juga

Seruan para petugas pelayanan di lokasi untuk para penumpang pun tak henti-hentinya. Mereka mengingatkan agar para penumpang menyiapkan tiket serta kartu identitas agar antrean menuju kapal tak menumpuk.

Salah seorang penumpang atas nama Icak (25 tahun) mengatakan, ia bertujuan mudik ke Makassar. Di mana ia berangkat bersama-sama keluarganya yang mengadu nasib dengan menjual ikan di pelelangan muara baru, Jakarta Utara.

“Iya setiap tahun mudik ke Makassar sama keluarga semua, bapak ibu kakak adik lengkap,” kata Icak ketika ditemui di tanjung Priok, Selasa (25/3/2025).

Icak mengungkapkan, perjalanan dari Jakarta menuju ke Makassar menggunakan kapal memakan waktu 2 hari 3 malam. Namun, ia mengaku rela berduyun-duyun menempuh jarak jauh itu demi bersama keluarganya untuk merayakan momen lebaran di kampung halaman.

Dia mengatakan, mudik tahun ini tak seramai tahun sebelumnya. Menurutnya, itu karena tidak adanya mudik gratis rute Jakarta-Makassar.

“Tahun kemarin kita ikut tiket gratis tapi tahun ini karena katanya rute Jakarta-Makassar tidak disediakan, ini mandiri,” katanya.

Dia mengaku ada sedikit keluhan terkait mudik tahun ini. Kendati demikian, ia mengaku persiapan mudik tahun ini lebih rapi.

“Keluhannya ini katanya tiket dijual tapi tidak ada perbedaan sheet dan non-sheet, jadi katanya harganya sama, kan seharusnya ada perbedaan, malesnya pakai kapal itu gitu, tapi tahun ini lebih rapi aja sih, yang bisa cuma yang punya tiket dan keluarga pengantar tidak bisa masuk dan harus pakai porter. Tapi bagus, cuma belum kebiasa dan agak ribet,” katanya.

Cerita lain datang dari penumpang Bernama Rao (55). Ia juga bertujuan ke Makassar. Ia mengaku senang bisa kembali ke kampung halaman setelah 7 tahun lamanya.

“Ini baru mudik setelah tujuh tahun, saya dari Bangka ke sini jemput adik dulu,” katanya.

Kendati tak bisa membawa buah tangan, sosok yang bekerja sebagai nelayan itu mengaku senang bisa berkumpul kembali dengan keluarga.

Nggak ada, cuma bawa HP (gawai), cuma pengen pulang ketemu keluarga,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement