REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Dunia teknologi terus mengalami lonjakan inovasi yang luar biasa. Dari kecerdasan buatan (AI) hingga Quantum Computing, revolusi teknologi ini tidak hanya mengubah industri, namun juga mengubah cara belajar di dunia akademik untuk bisa beradaptasi dalam menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Program Studi (Kaprodi) Teknologi Informasi (TI) Universitas Siber Indonesia atau Cyber University Dicky Hariyanto. Sebagai akademisi yang mengikuti perkembangan teknologi, Dicky menegaskan bahwa AI, Quantum Computing, Internet of Things (IoT), dan Blockchain telah membawa dampak besar dalam berbagai aspek kehidupan.
"Teknologi ini bukan sekadar alat, tetapi juga katalisator perubahan yang mengharuskan kita untuk terus belajar dan berinovasi. Institusi akademik harus mampu menyesuaikan kurikulumnya agar tidak tertinggal dalam persaingan global," ujarnya.
Salah satu teknologi yang kini mendominasi adalah kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (Machine Learning). Kini, AI tidak hanya digunakan dalam dunia bisnis dan industri, tetapi juga mulai merambah ke sektor pendidikan, kesehatan, dan keamanan siber.
Dicky menekankan bahwa mahasiswa seharusnya tidak hanya menjadi pengguna teknologi ini, tetapi juga memahami cara kerja AI, pemrosesan data, serta pengembangan dan evaluasi model kecerdasan buatan.
"Banyak kampus yang mulai mengintegrasikan AI dalam kurikulumnya. Namun, pendekatan akademis harus lebih dari sekadar pengenalan. Mahasiswa harus diajarkan bagaimana AI diprogram, bagaimana data dikumpulkan dan dianalisis, serta bagaimana mengembangkan solusi berbasis AI yang beretika dan bertanggung jawab," kata Dicky.
Seiring dengan kemajuan teknologi, institusi pendidikan menghadapi tantangan besar untuk memastikan bahwa lulusan tidak hanya menguasai keterampilan teknis. Para lulusan, kata dia juga harus mampu berpikir kritis serta memahami dampak sosial dan etika dari teknologi yang mereka ciptakan.
"Dunia digital tidak hanya membutuhkan teknisi atau insinyur, tetapi juga pemikir strategis yang memahami bagaimana teknologi memengaruhi masyarakat. Kurikulum harus mencakup aspek etika, regulasi, dan keamanan dalam teknologi agar lulusan tidak hanya menjadi inovator, tetapi juga pelopor teknologi yang bertanggung jawab," kataDicky.
Dengan pendekatan akademis yang tepat, kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi dunia. Revolusi teknologi ini bukan hanya tentang kecepatan dan efisiensi, tetapi juga tentang bagaimana kita membangun masa depan yang lebih baik dengan teknologi yang bertanggung jawab.