REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Hamas pada Jumat (14/3/2025) mengumumkan bahwa mereka merespons positif proposal baru gencatan senjata yang disodorkan oleh Amerika Serikat (AS) selaku broker. Hamas pun setuju untuk segera membebaskan satu tentara IDF yang memiliki dua kewarganegaraan AS-Israel bersama empat jasad.
Dalam pernyataannya dikutip Ynet, Hamas mengatakan, "siap untuk memulai negosiasi menuju sebuah kesepakatan menyeluruh, termasuk negosiasi fase dua (gencatan senjata)," dan menuntut Israel untuk "dimintai pertanggungjawabannya untuk mengimplementasikan komitmen secara penuh."
Utusan Presiden AS Donald Trump untuk urusan Timur Tengah, Steve Witkoff saat ini tengah berada di Doha, Qatar selaku mediator dengan proposal pelepasan tiga sampai lima sandera yang masih hidup oleh Hamas dengan imbalan 5o hari gencatan senjata. Sementara di Tel Aviv, pemerintahan Benjamin Netanyahu akan menggelar rapat kabinet pada Jumat membahas proposal AS.
Sebanyak 59 sandera saat ini masih dalam pengusaan Hamas di Gaza. Diyakini 24 di antaranya masih dalam keadaan hidup.
Fase pertama gencatan senjata selama 42 hari dari perjanjian gencatan senjata tiga fase berakhir pada awal Maret. Tetapi, alih-alih melanjutkan ke fase kedua, Israel mendukung perpanjangan masa fase pertama untuk memastikan pelepasan tambahan tawanan tanpa memenuhi kewajiban militer atau penyaluran bantuan kemanusiaan.
Langkah itu dianggap sebagai usaha Netanyahu untuk meredakan tekanan dari kelompok garis keras di pemerintahan. Hamas bersikeras untuk menegakkan perjanjian penuh dan mendesak mediator untuk segera meluncurkan fase kedua dari perundingan.
