Sabtu 08 Mar 2025 20:41 WIB

Mendikdasmen: Film Djuanda Jadi Sarana Memahami Perjuangan Kader Muhammadiyah

Film Djuanda: Pemersatu Laut Indonesia resmi diluncurkan, Sabtu (8/3/2025).

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Muti.
Foto: umj
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Muti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Film Djuanda: Pemersatu Laut Indonesia resmi diluncurkan dan tayang perdana di Auditorium K.H. Ahmad Azhar Basyir, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Sabtu (8/3/25). Biopik yang diproduksi oleh Lembaga Seni Budaya Pimpinan Pusat Muhammadiyah (LSB PP Muhammadiyah) dan Mix Production ini pertama kali diputar di Jakarta setelah sempat tayang di Yogyakarta. 

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti menekankan perjuangan Ir. Djuanda dalam memperjuangkan kedaulatan Indonesia sebagai negara kepulauan adalah sejarah yang tidak boleh dilupakan.

Ia juga menyebut film ini sebagai sarana penting untuk memahami semangat perjuangan kader Muhammadiyah dalam menjaga keutuhan bangsa. Lebih dari 500 warga Muhammadiyah dari berbagai daerah, mulai dari Jakarta, Banten, Jawa Barat, hingga Sumatra, turut menyaksikan pemutaran perdana film ini.

“Tanpa perjuangan itu wilayah Indonesia tidak bisa seluas sekarang. Kita tahu Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulau sekitar 17 ribu dan itu semua menjadi satu kesatuan,” ujar Sekretaris Umum PP Muhammadiyah ini.

Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMJ ini menyatakan bahwa kedaulatan wilayah merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah kedaulatan Indonesia. Kedaulatan wilayah ini ditandai dengan Deklarasi Djuanda. Ia mengatakan sebelum adanya Deklarasi Djuanda, perairan Indonesia masih banyak yang menjadi lautan bebas. Hal ini dikarenakan jarak satu ke pulau lainnya sangat jauh.

“Dengan adanya Deklarasi Djuanda maka wilayah Indonesia dihitung dari titik terluar pulau-pulau yang ada di Indonesia. Keberadaan pulau-pulau terluar ini sangat penting untuk kedaulatan negara kita,” tuturnya.

Mu’ti mengatakan perjuangan Djuanda sebagai tokoh bangsa dan kader Muhammadiyah harus menjadi teladan. Ia pun berharap dengan adanya film ini bisa menjadi tempat belajar dan memahami perjuangan kader perserikatan Muhammadiyah dalam kehidupan kebangsaan, keislaman, dan kemuhammadiyahan.

“Mudah-mudahan setelah menyaksikan film ini akan lahir Djuanda lain dari rahim kader perserikatan Muhammadiyah,” ujar dia.

Dalam pemutaran film ini, turut hadir cucu pertama Ir. Djuanda Kartawidjaja yakni Ismeth Wibowo. Dalam sambutannya, dia menceritakan sedikit kisah kakeknya semasa hidup. Ismeth menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dan mendukung sehingga film ini bisa tayang.

“Sejak muda, Pak Djuanda ini telah mengabdikan diri di Muhammadiyah sebagai kepala sekolah Muhammadiyah. Padahal saat itu, Djuanda ditawari mendapatkan gaji yang tinggi dari pemerintahan Belanda,” kenangnya.

Film Djuanda ini mengisahkan perjuangan Djuanda mulai dari masa sekolah dasar di lembaga pendidikan Belanda hingga menjadi deklarator “Deklarasi Djuanda”, yang menjadi titik penting dalam penegasan wilayah kedaulatan Indonesia. Diceritakan pula Djuanda pernah menduduki 17 posisi menteri dalam kabinet kepresidenan Soekarno.

Penayangan film ini merupakan bagian rangkaian kegiatan pada hari ketiga Pengkajian Ramadan 1446 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement