REPUBLIKA.CO.ID, BATANG -- Batik Batang yang sudah berusia ratusan tahun kini terancam punah akibat jumlah pembatik yang kian menyusut. Dari ribuan pembatik tulis Batang yang ada sejak 1859 saat ini tinggal berjumlah segelintir saja, itu pun mayoritas berusia tak lagi muda.
Direktur Institut Pluralisme Indonesia (IPI), William Kwan, menceritakan sejarah batik di Batang sangat individual. "Batik di sini sejak dulu bukan produk industri melainkan karya seni. Oleh karena itu seorang perempuan zaman dahulu harus bisa membatik," ujar William sambil memamerkan koleksinya di Toko Batik Rizky, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Selasa (25/2/2025).
Sayangnya, seiring dengan perkembangan teknologi dan kemajuan zaman, banyak perempuan di Batang tak lagi tertarik membatik. Selain karena lebih memilih bidang lain, pekerjaan sebagai pembatik juga sering dinilai kurang menjanjikan karena minimnya penghargaan. William mengatakan, masih ada pembatik yang hanya digaji Rp 30 ribu per bulan.
"Banyak anak muda tidak lagi bersedia melanjutkan (pekerjaan orang tuanya) membatik. Oleh karena itu regenerasi menjadi sangat mendesak untuk dilakukan," kata William.

Melihat fenomena tersebut, William bersama Pemerintah Kabupaten Batang dan Konsorsium Pengusaha Peduli Sekolah Vokasi RI berusaha melakukan revitalisasi Batik Tulis Batang. Mereka pun mengumpulkan tujuh sekolah setingkat SLTA di Batang di antaranya SMK, SMA, SLB, dan MAN.
"Upaya ini dilakukan sebagai solusi atas masalah regenerasi pembatik yang mengancam kelestarian Batik Tulis Batang," kata William.
Upaya ini pun mendapatkan apresiasi dari pemerintah daerah setempat. Wakil Bupati Batang, Suyono berharap upaya ini menjadi motivasi seluruh warga masyarakat Batang terutama para anak muda. "Sekaligus menjadi bentuk inovasi bagi anak-anak muda yang berupaya meneruskan warisan para pendahulunya," katanya dalam acara 'Gelar Inovasi Batik Batang: Yang Muda Saatnya Berkarya' di SMKN 1 Warungasem, Batang, Jawa Tengah, Rabu (26/2/2025).
SMKN 1 Warungasem dipilih karena fasilitas yang memadai dan juga tempat generasi muda Batang menuntut ilmu sekaligus berkarya. “Di sini kami memiliki Gedung Teaching Factory (Tefa) yakni sebuah model pembelajaran yang dioperasikan seperti pabrik dalam sekolah. Teaching factory Tata Busana sebagai pengembangan dan pelaksanaan model pembelajaran inovatif di SMK ini menjadi tempat bagi siswa kami untuk membuat desain, memproduksi dan sekaligus memamerkan karya fesyennya, juga ada catwalk untuk peragaan busana secara langsung,’ kata Kepala Sekolah SMKN 1 Warungasem, Suyanta.
Suyanta menyebut program revitalisasi SMK oleh Konsorsium di sekolah tersebut telah dimulai pada tahun 2023. "Kami berterima kasih kepada Konsorsium Pengusaha Peduli Sekolah Vokasi RI. Melalui bantuan fisik renovasi gedung Tefa Tata Busana, peralatan produksi yang berstandar industri serta penguatan soft skill melalui pelatihan guru, kini siswa kami semakin terlatih dan terdorong kreatifitas fesyennya,” lanjut Suyanta.