Kamis 06 Feb 2025 08:34 WIB

Transformasi Digital, Komdigi dan UBSI Spill Tantangan dan Peluang Ekonomi Indonesia

Indonesia berada di jalur tepat jadi salah satu kekuataan ekonomi digital dunia.

Transformasi digital menjadi topik hangat yang dikupas tuntas dalam seminar nasional bertajuk “Arah Kebijakan di Bidang Komunikasi dan Digital” yang digelar Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).
Foto: Universitas Bina Sarana Informatika
Transformasi digital menjadi topik hangat yang dikupas tuntas dalam seminar nasional bertajuk “Arah Kebijakan di Bidang Komunikasi dan Digital” yang digelar Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Transformasi digital menjadi topik hangat yang dikupas tuntas dalam seminar nasional bertajuk “Arah Kebijakan di Bidang Komunikasi dan Digital” yang digelar Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Seminar yang berlangsung di Gedung Rektorat UBSI, pada Selasa (21/1/2025) ini menghadirkan Plt Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Komdigi, Dr Eng Hary Budiarto, sebagai pembicara utama.

Dalam pemaparannya, Hary menjelaskan lanskap ekonomi digital Indonesia yang terus berkembang pesat. Dengan proyeksi kontribusi sektor digital terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 90 miliar dolar As pada tahun 2024, Hary menegaskan Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi digital di dunia. Namun, ia juga menyoroti sejumlah tantangan yang perlu diatasi.

Baca Juga

"Konektivitas internet di Indonesia masih menjadi kendala besar. Berdasarkan The Economist Intelligence Unit’s Internet Index, Indonesia berada di peringkat ke-57 dari 100 negara dalam hal ketersediaan, keterjangkauan, relevansi, dan kesiapan akses internet," ungkapnya.

Hary juga menyoroti ketimpangan antara desa dan kota. "Saat ini, hanya 43 persen bisnis di desa yang mampu memasarkan produknya secara daring, jauh lebih rendah dibandingkan 57 persen di perkotaan," katanya.

Selain itu, isu keamanan siber juga menjadi perhatian utama. "Penipuan daring seperti phishing adalah ancaman serius bagi ekosistem e-commerce Indonesia. Oleh karena itu, peningkatan keamanan siber dan edukasi masyarakat sangat diperlukan," tegasnya.

Namun, di tengah tantangan tersebut, Hary menyoroti peluang besar yang dimiliki Indonesia. Dengan jumlah pengguna internet yang mencapai lebih dari 221 juta jiwa dan tingkat penetrasi 79,50 persen, Indonesia memiliki potensi pasar yang luar biasa. "Jumlah digital native yang terus bertambah dan investasi digital yang diproyeksikan mencapai 15 miliar dolar AS pada 2024 menjadi modal utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi digital," jelasnya.

Seminar ini juga membahas perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang semakin pesat. "Kontribusi AI terhadap PDB Indonesia diperkirakan mencapai USD 366 miliar pada tahun 2030. Namun, Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya dalam hal kesiapan AI,” kata Hary.

Rektor UBSI, Prof Dr Ir Mochamad Wahyudi, dalam sambutannya, menekankan pentingnya seminar ini untuk membekali mahasiswa dengan wawasan strategis di era digital. “Kami berharap kegiatan ini mampu membuka mata peserta tentang tantangan dan peluang yang ada, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam transformasi digital Indonesia,” ujarnya.

Seminar ini diharapkan mampu menciptakan generasi yang lebih siap dalam menghadapi tantangan sekaligus memanfaatkan peluang di era ekonomi digital. UBSI dan Komdigi menegaskan komitmennya untuk terus berkolaborasi dalam memberdayakan talenta digital Indonesia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement