Sabtu 01 Feb 2025 20:09 WIB

Nama Argo Parahyangan Diganti: Bandung-Jakarta Tetap 3 Jam, Tarif untuk Menengah ke Bawah

Kereta Api Parahyangan saat ini berhenti di delapan stasiun.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Andri Saubani
Rangkaian KA Argo Parahyangan berada di Stasiun Bandung, Kota Bandung.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Rangkaian KA Argo Parahyangan berada di Stasiun Bandung, Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kereta api Argo Parahyangan resmi berubah nama menjadi kereta api Parahyangan dan mulai beroperasi hari ini, Sabtu (1/2/2025). Selain itu, terdapat lima kereta api baru yang mulai beroperasi hari ini mulai dari kereta api Cakrabuana, Ijen Express, Gunungjati, Sancaka Utara, dan Madiun Ekspres.

Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo mengatakan kereta api Argo Parahyangan tetap beroperasi dengan nama baru yaitu kereta Parahyangan. Sejak 1990-an, kereta api yang ada saat itu yaitu kereta api Parahyangan dan seiring waktu digabung dengan kereta Argo Gede menjadi Argo Parahyangan.

Baca Juga

"Kita kembalikan ke aslinya Parahyangan karena memang itu beroperasi di Bumi Parahyangan," ucap dia, Sabtu (1/2/2025) di Stasiun Bandung.

Didiek melanjutkan kereta Api Parahyangan saat ini berhenti di delapan stasiun di mana sebelumnya hanya lima stasiun. Tujuannya ingin membangkitkan ekonomi daerah.

"Sekarang itu orang pengen cepat, ya naiknya Whoosh. Tetapi kalau untuk kereta-kereta yang lokal, mau rekreasi, tidak mengejar kecepatan waktu, itu pakai Parahyangan," kata dia.

Ia menyebut jarak tempuh dari Bandung ke Jakarta sendiri tetap sekitar 3 jam. Tarif pun akan disesuaikan menyasar kalangan menengah ke bawah.

Didiek menambahkan terdapat lima kereta baru yang beroperasi pada 2025 yaitu kereta api Cakrabuana melayani rute Purwokerto ke Gambir, Ijen Express dari Ketapang ke Malang. Serta kereta api ke Semarang yaitu Gunungjati yang sebelumnya Argo Cirebon.

Terdapat pula kereta api Sancaka Utara dari Pasar Turi Surabaya diperpanjang ke wilayah Cilacap Jawa Tengah. Terakhir, Madiun Ekspres dari Madiun ke Gambir Jakarta.

"Ternyata penumpang itu tumbuh tinggi di kereta-kereta yang aglomerasi termasuk Semarang Kota, kemudian juga kereta-kereta lokal. Untuk itu maka kenapa relasi-relasi itu kita tambah ke arah yang menuju aglomerasi lokal, karena kita ingin membangkitkan perekonomian daerah masing-masing," ucap dia.

Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin menyambut baik perubahan nama tersebut dan tarif yang akan lebih terjangkau. Ia mengaku pernah menggunakan fasilitas kereta api Parahyangan pada tahun 1990.

"Saya naik kereta Parahyangan dari tarif Rp 9.000, Rp 11.000, Argo Gede dulu juga cuma Rp 35.000 kalau enggak salah. Namanya kembali Parahyangan tentu buat sebagian masyarakat Jawa Barat atau mungkin juga yang di Jakarta ini justru kabar baik," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement