Ahad 12 Jan 2025 09:51 WIB

Korban Tewas Kebakaran California Jadi 13 Orang

Jumlah korban diperkirakan bisa bertambah.  

Kepulan asap terlihat saat terjadinya kebakaran besar yang melanda kawasan Pacific Palisades, Los Angeles, California, Selasa (7/1/2025) waktu setempat. Kebakaran hutan yang dipicu oleh angin kencang melanda lereng bukit Los Angeles, menghanguskan sedikitnya 770 hektare lahan termasuk permukiman warga. Kebakaran terus meluas akibat hembusan angin kencang. Evakuasi sedang dilakukan karena potensi ancaman terhadap nyawa dan harta benda. Sebanyak 30.000 orang dievakuasi akibat kebakaran tersebut yang saat ini terus meluas.
Foto: REUTERS/Daniel Cole
Kepulan asap terlihat saat terjadinya kebakaran besar yang melanda kawasan Pacific Palisades, Los Angeles, California, Selasa (7/1/2025) waktu setempat. Kebakaran hutan yang dipicu oleh angin kencang melanda lereng bukit Los Angeles, menghanguskan sedikitnya 770 hektare lahan termasuk permukiman warga. Kebakaran terus meluas akibat hembusan angin kencang. Evakuasi sedang dilakukan karena potensi ancaman terhadap nyawa dan harta benda. Sebanyak 30.000 orang dievakuasi akibat kebakaran tersebut yang saat ini terus meluas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah korban kebakaran hutan di sejumlah tempat di Los Angeles, California, Amerika Serikat, naik dari 11 menjadi 13 orang. Demikian laporan NBC News mengutip data pemerintah, Ahad (12/1/2025).

Presiden AS Joe Biden mengatakan jumlah korban tewas dalam bencana itu kemungkinan meningkat. Salah satu alasannya banyak warga yang keberadaannya masih belum diketahui.

Baca Juga

Beberapa kebakaran hutan telah terjadi di California sejak Selasa (7/1/2025) dan mendorong puluhan ribu orang mengungsi. Para ahli meteorologi mengatakan penyebaran api yang cepat disebabkan oleh cuaca yang kering dan sangat berangin. Kebakaran tersebut menghancurkan lebih dari 10 ribu bangunan di wilayah tersebut.

Gubernur California Gavin Newsom, Jumat dini hari (10/1/2025), mengatakan Garda Nasional California telah tiba di Los Angeles untuk mencegah penjarahan di zona evakuasi.

Antara/Sputnik-OANA

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement