Rabu 01 Jan 2025 15:44 WIB

Rekaman Data Penerbangan Jeju Air yang Meledak akan Dianalisis di AS

Localizer di Bandara Muan diduga jadi penyebab meningkatnya jumlah korban.

Petugas pemadam kebakaran dan anggota tim penyelamat melakukan evakuasi di dekat puing-puing pesawat penumpang Jeju Air 7C2216 di Bandara Internasional Muan di Muan, Korea Selatan, Ahad (29/12/2024). Pesawat Jeju Air 7C2216 yang membawa 175 penumpang dan enam kru dalam penerbangan dari Bangkok, Thailand jatuh terbakar dan meledak setelah mendarat dan kemudian menghantam tembok pembatas di bandara Internasional Muan. Data sementara 85 orang tewas dalam peristiwa itu.
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Petugas pemadam kebakaran dan anggota tim penyelamat melakukan evakuasi di dekat puing-puing pesawat penumpang Jeju Air 7C2216 di Bandara Internasional Muan di Muan, Korea Selatan, Ahad (29/12/2024). Pesawat Jeju Air 7C2216 yang membawa 175 penumpang dan enam kru dalam penerbangan dari Bangkok, Thailand jatuh terbakar dan meledak setelah mendarat dan kemudian menghantam tembok pembatas di bandara Internasional Muan. Data sementara 85 orang tewas dalam peristiwa itu.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Perekam data penerbangan pesawat Jeju Air yang jatu di Kota Muan, Korea Selatan, akan dikirimkan ke Amerika Serikat (AS). Langkah ini diumumkan pemerintah Korea Selatan pada Rabu (1/1/2025).

Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi dalam sebuah pengarahan menyebutkan jadwal pasti pengiriman perekam penerbangan tersebut akan ditentukan melalui konsultasi dengan Badan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat (NTSB).

Baca Juga

Perekam penerbangan, yang sebelumnya ditemukan dari reruntuhan pesawat Jeju Air B737-800 di Bandara Internasional Muan, dilaporkan mengalami kerusakan eksternal.

Namun, pihak berwenang telah berhasil mengekstrak data dari perekam suara kokpit, yang ditemukan dalam kondisi relatif lebih baik. Mereka saat ini tengah mengonversinya menjadi file suara, menurut pernyataan kementerian sebelumnya.

Sementara itu, menurut sumber pemerintah, dua penyelidik tambahan dari produsen pesawat Boeing Co. telah bergabung dalam penyelidikan di lokasi kecelakaan pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan.

Dengan tambahan ini, jumlah anggota tim AS meningkat menjadi 10 orang, termasuk enam dari Boeing dan tiga dari NTSB.

Menurut sumber tersebut, tim AS memperluas kehadirannya untuk memastikan pemeriksaan kecelakaan dilakukan secara menyeluruh.

Tim AS tiba di Korea Selatan pada Senin (30/12/2024) dan langsung menuju Muan. Mereka memulai penyelidikan bersama dengan tim Korea yang dipimpin oleh Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi pada hari berikutnya.

Dalam investigasi awal di lokasi, para penyelidik fokus pada sistem navigasi yang membantu pendaratan pesawat, yang dikenal sebagai localizer. Localizer adalah komponen dari Instrument Landing System (ILS) yang berfungsi sebagai penentu lokasi sistem pendaratan instrumen. Localizer memberikan panduan horizontal (lateral) kepada pilot untuk menyelaraskan pesawat dengan garis tengah landasan pacu.

Localizer bekerja dengan memancarkan frekuensi Carrier yang dimodulasi AM (Amplitude Modulation) dengan dua sinyal audio, yaitu 90 Hz dan 150 Hz. Titik perpotongan kedua frekuensi ini biasanya sejajar dengan garis tengah landasan pacu.

Localizer yang dipasang di struktur beton di Bandara Internasional Muan diduga menjadi penyebab meningkatnya jumlah korban dalam kecelakaan pesawat Jeju Air tersebut.

Pesawat Jeju Air B737-800 melakukan pendaratan dengan perut pesawat di bandara dan meledak setelah menabrak struktur beton tersebut, menewaskan 179 dari 181 penumpang yang berada di dalamnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement