REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Delegasi dari Southeast Asia Future Leaders 2024 yang berlangsung di tiga negara, yaitu Malaysia, Thailand, dan Singapura berkunjung ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Singapura dan National University of Singapore (NUS) untuk mengeksplorasi peluang diaspora Indonesia di Singapura dan kontribusi Gen Z di tanah air. Mereka berdiskusi dengan Wakil Delegasi Tetap Duta Besar RI untuk UNESCO, IGAK Satrya Wibawa tentang pentingnya peran mentalitas diaspora dalam membangun konektivitas dan inovasi.
Satrya menerangkan bagaimana pola pikir masyarakat Singapura dalam diskusi tersebut yang bertajuk “Kiasu Singaporean Mentality: Inspirasi untuk Generasi Muda Asia Tenggara,”. Ia mencontohkan bagaimana kedisiplinan tinggi, manajemen waktu yang efektif, serta mentalitas tidak mau kalah masyarakat Singapura harus bisa diadaptasi oleh generasi muda ASEAN.
“Singaporean mentality bukan hanya soal keberhasilan ekonomi, tetapi juga soal membangun karakter bangsa. Generasi muda ASEAN memiliki potensi luar biasa untuk mengambil nilai-nilai ini dan menerapkannya sesuai dengan konteks budaya masing-masing,” ujar Satrya.
Satrya juga melihat generasi Gen Z Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan di tingkat global. Staratnya dengan belajar dari pola pikir dan inovasi di Singapura. Dengan begitu, Satrya yakin mereka dapat membawa dampak signifikan bagi pembangunan Indonesia.
Data menunjukkan bahwa Singapura adalah salah satu negara tujuan utama mahasiswa Indonesia, dengan lebih dari 5.000 mahasiswa yang terdaftar diberbagai institusi pada tahun 2024. Hal ini mengindikasikan pentingnya pendidikan berkualitas tinggi sebagai fondasi utama untuk membangun kapasitas generasi muda yang kompetitif dan adaptif terhadap perubahan global.
Project Manager Southeast Asia Future Leaders 2024, Khrisna Alzura Santoso mengatakan diskusi dengan KBRI ini akan membuka peluang strategis bagi Gen Z Indonesia untuk tidak hanya belajar di luar negeri, tetapi juga membawa pengalaman tersebut untuk berkontribusi pada kemajuan tanah air.
"Pendidikan yang berbasis inovasi adalah kunci untuk mencapai Indonesia Emas 2045," kata dia.
Selain itu, pentingnya diaspora dalam mendukung pembangunan pendidikan di tanah air juga ditekankan oleh
Chairman CentennialZ, Donan Abbad Abdullah menambahkan diaspora harus berkontribusi dalam pembangunan Indonesia emas 2045. Menurutnya diaspora Indonesia di Singapura adalah aset strategis yang dapat mempercepat transfer pengetahuan dan inovasi ke Indonesia.
"Kontribusi mereka tidak hanya terbatas pada pemindahan ilmu pengetahuan, tetapi juga mencakup pembangunan jejaring global yang dapat membantu mengembangkan ekosistem pendidikan yang lebih baik dan inklusif," katanya.
Sementara itu, CEO CentennialZ of Society, Luthfi Ridzki Fakhrian menambahkan konektivitas diaspora akan memperkuat hubungan lintas ASEAN. Ia mengatakan Indonesia tengah mengembangkan daerah ekonomi khusus di Batam yang akan mempercepat kemajuan melalui kehadiran banyak diaspora dan pelajar Indonesia yang memperjuangkan akses pendidikan di Singapura.
Hal ini, lanjut Luthfi, akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi pembangunan nasional serta memperkuat keterhubungan antarnegara di kawasan ASEAN.
Diskusi ini tidak hanya membahas soal pendidikan dan konektivitas diaspora, tetapi juga menggambarkan bagaimana generasi muda Indonesia dapat menjadi tulang punggung dalam mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Target tersebut memerlukan sinergi antara pembangunan pendidikan, transfer pengetahuan, dan penguatan jejaring global untuk memastikan bahwa Indonesia mampu berkompetisi di tingkat global dengan cara yang berkelanjutan.
Selanjutnya delegasi juga melakukan kunjungan ke National University of Singapore. Mereka berharap mendapatkan wawasan yang mendalam mengenai berbagai program pendidikan unggulan seperti teknologi kecerdasan buatan, analisis data besar, dan keuangan digital.