Rabu 11 Dec 2024 10:08 WIB

Perpustakaan Sebagai Pusat Pelestarian Budaya di Era Digital

Perpustakaan juga menjadi tempat penghubung antara masa lalu dan masa depan.

Perpustakaan (Ilustrasi)
Foto: Dokumen
Perpustakaan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perpustakaan tidak lagi hanya menjadi tempat penyimpanan buku, tetapi juga pusat penting dalam melestarikan warisan budaya, terutama di tengah era digital yang semakin maju. Di Indonesia, perpustakaan seperti Perpustakaan Nasional (Perpusnas) telah berkomitmen untuk mendokumentasikan, mengarsipkan, dan melestarikan berbagai bentuk kebudayaan lokal, termasuk manuskrip kuno, arsip sejarah, serta kesenian tradisional.

Menurut Sofia Nurani, pustakawan Universitas Nusa Mandiri (UNM) mengatakan proses digitalisasi yang dilakukan perpustakaan memungkinkan koleksi-koleksi berharga ini diakses oleh masyarakat luas, tidak hanya untuk akademisi dan peneliti, tetapi juga generasi muda yang ingin mengenal lebih jauh tentang warisan budaya bangsa.

Baca Juga

“Perpustakaan Nasional Indonesia, misalnya, telah berhasil mendigitalisasi ribuan naskah kuno dari berbagai wilayah di Indonesia. Koleksi yang mencakup warisan budaya dari berbagai daerah, seperti naskah Jawa kuno, lontar Bali, serta manuskrip dari Sumatera, kini dapat diakses melalui platform digital,” katanya dalam rilis yang diterima, Jumat (22/11).

Langkah ini, tegasnya merupakan upaya penting untuk menjaga agar dokumen-dokumen tersebut tidak hanya terjaga dari kerusakan fisik, tetapi juga bisa diakses oleh masyarakat luas tanpa batasan geografis.

“Selain digitalisasi, perpustakaan juga berperan aktif dalam melestarikan tradisi dan budaya lokal melalui program-program khusus. Perpustakaan Daerah di Yogyakarta, misalnya, menjalankan proyek pelestarian budaya lokal seperti seni pertunjukan wayang dan gamelan,” ujarnya.

Ia menyebutkan dokumentasi dan arsip tentang seni-seni tradisional ini tidak hanya disimpan, tetapi juga dipromosikan agar generasi muda dapat belajar dan mengenal lebih jauh kekayaan seni tradisional Indonesia.

Kembali, Sofia menegaskan bahwa perpustakaan juga menjadi tempat penghubung antara masa lalu dan masa depan. Melalui koleksi-koleksi digital yang bisa diakses kapan saja dan di mana saja, masyarakat kini memiliki kesempatan untuk mengenal sejarah dan budaya Indonesia dengan lebih mudah.

“Upaya ini semakin relevan di tengah globalisasi, di mana budaya lokal sering kali terancam tergeser oleh budaya populer dari luar. Peran perpustakaan sebagai penjaga dan penyebar informasi tentang budaya menjadi semakin vital untuk menjaga identitas bangsa,” ujarnya.

Lebih lanjut, Sofia menyampaikan bahwa kolaborasi antara perpustakaan, pemerintah, akademisi, dan komunitas lokal juga menjadi kunci dalam pelestarian budaya. Banyak perpustakaan daerah yang bekerja sama dengan komunitas seni dan budaya untuk mendokumentasikan tradisi-tradisi lokal, mulai dari cerita rakyat hingga adat istiadat.

“Kolaborasi ini tidak hanya memperkaya koleksi perpustakaan, tetapi juga membantu melibatkan masyarakat dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya mereka,” ungkapnya.

Ia menjelaskan di era digital, perpustakaan Universitas Nusa Mandiri juga memanfaatkan teknologi untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Berbagai inisiatif seperti peluncuran perpustakaan digital dan aplikasi perpustakaan memungkinkan mahasiswa sebagai masyarakat kampus dapat dengan mudah mengakses koleksi-koleksi buku-buku yang ada.

“Dengan cara ini, perpustakaan tidak hanya melestarikan budaya litersasi, tetapi juga memastikan bahwa generasi muda yang hidup dalam era digital tetap terhubung dengan warisan budaya bangsa,” tandasnya.

Tidak hanya itu, ia menambahkan perpustakaan juga berperan dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya melestarikan budaya lokal. Melalui kegiatan literasi, seminar budaya, dan pelatihan terkait digitalisasi, perpustakaan menjadi pusat edukasi dan advokasi bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap kelestarian budaya.

“Dengan peran penting perpustakaan dalam pelestarian budaya, masa depan warisan budaya Indonesia kini memiliki pondasi yang kuat untuk bertahan di tengah tantangan globalisasi. Upaya digitalisasi, pelibatan masyarakat, dan kolaborasi antar lembaga menjadikan perpustakaan sebagai benteng yang menjaga kekayaan budaya Indonesia agar tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang,” tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement