Senin 09 Dec 2024 10:49 WIB

Jejak Assad, Dokter Mata yang tak Cukup Umur Memimpin dan Kini Harus Terjungkal

Assad sejatinya tidak dimaksudkan untuk menjadi Presiden.

 Presiden Suriah Bashar al-Assad
Foto: EPA-EFE/VLADIMIR GERDO/SPUTNIK/KREMLIN
Presiden Suriah Bashar al-Assad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah lebih dari 13 tahun perang, ratusan ribu orang tewas dan jutaan orang mengungsi, pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad tumbang. Bashar al-Assad jatuh setelah 24 tahun berkuasa.

Kerumunan besar orang berkumpul di jalan-jalan Damaskus pada Ahad untuk merayakan kemenangan. Pasukan oposisi dengan cepat menguasai ibu kota, termasuk Istana Kepresiden, tempat Assad sebelumnya memerintah. 

Baca Juga

Al-Assad dilaporkan meninggalkan negara itu dengan pesawat terbang, dan mengakhiri lebih dari 53 tahun pemerintahan otoriter keluarganya atas Suriah.

Kepergiannya meninggalkan negara itu dalam reruntuhan dan jutaan warga Suriah bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya.

Pria yang tak ditakdirkan untuk memimpin

Ketika al-Assad mewarisi kekuasaan pada tahun 2000 setelah kematian ayahnya, Hafez, ada optimisme untuk perubahan politik di Suriah.

Meski menurut laporan Aljazirah, awalnya seorang dokter mata yang belajar di London, al-Assad, tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi presiden. Ia dipanggil kembali ke Suriah setelah kematian kakak laki-lakinya, Basil.

Agar Bashar dapat memangku jabatan presiden, parlemen harus menurunkan usia minimum untuk kandidat dari 40 menjadi 34 tahun. Ia memenangkan referendum dengan lebih dari 97 persen suara, di mana ia menjadi satu-satunya kandidat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement