REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Rezim Bashar al-Assad di Suriah telah tumbang. Assad yang sebelumnya dibantu oleh Iran dan Rusiah untuk mempertahankan kekuasan kini tak lagi mendapatkan keuntungan tersebut.
Teheran diketahui tengah repot dalam membantu pertempuran Hizbullah melawan Israel. Iran juga bersitegang langsung dengan Tel Aviv. Sementara Rusia sibuk dalam perang melawan Ukraina yang dibantu Barat.
Rusia dan Iran tak lagi mengirimkan bantuan seperti hal ketika awal mula pergolakan berlangsung pada 2011 silam.
"Ini adalah sebuah guncangan," demikian wartawan Aljazirah melaporkan dari Yordania, Ahad (8/12/2024).
"Saya pikir itulah satu kata yang mungkin dapat menggambarkan betapa dramatis, besar, dan pentingnya apa yang kita liput dan saksikan saat ini di Suriah," katanya.
Menurut laporan jurnalis Aljazirah, jatuhnya rezim Assad adalah akhir dari sebuah era di Timur Tengah. Hal itu akan memiliki implikasi berita besar di seluruh wilayah.
Iran, tulis laporan itu, tidak akan lagi memiliki perluasan pengaruhnya di timur Mediterania. Iran tidak akan memiliki akses darat ke sekutu pentingnya di Lebanon, Hizbullah.
Rezim Assad, yang telah menampilkan dirinya sebagai bagian dari "poros perlawanan", juga tidak akan dapat memberikan dukungan apa pun. Implikasinya dalam hal keamanan juga sangat besar.
"Fakta bahwa Damaskus sekarang bebas dari rezim Assad, tanpa pertumpahan darah, sangat penting, karena hal itu dapat menandakan bahwa ada jalan ke depan tanpa pertumpahan darah, tanpa negara tersebut terjerumus ke dalam perang saudara. Dan itu, menurut saya, akan membawa banyak kenyamanan bagi pemerintah di kawasan ini dan sekitarnya."