Ahad 08 Dec 2024 06:40 WIB

Gerilyawan Suriah di Gerbang Damaskus, Assad Kabur?

Pemerintahan Suriah kian terancam dengan agresi pemberontak belakangan.

Pejuang oposisi Suriah memegang peluncur roket di depan kantor pemerintah provinsi setelah pengambilalihan Hama, Suriah, Jumat, 6 Desember oleh oposisi. 2024.
Foto: AP Photo/Ghaith Alsayed
Pejuang oposisi Suriah memegang peluncur roket di depan kantor pemerintah provinsi setelah pengambilalihan Hama, Suriah, Jumat, 6 Desember oleh oposisi. 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS – Agresi gerilyawan yang mengejutkan di seluruh Suriah bergerak semakin cepat pada Sabtu dengan berita bahwa mereka telah mencapai gerbang ibu kota dan memaksa  pasukan pemerintah mundur dari pusat kota Homs. Pemerintah menyangkal rumor bahwa Presiden Bashar Assad telah meninggalkan negaranya.

Hilangnya Homs merupakan pukulan yang berpotensi melumpuhkan Assad. Kota ini terletak di persimpangan penting antara Damaskus, ibu kota Suriah, dan provinsi pesisir Latakia dan Tartus di Suriah – yang merupakan basis dukungan pemimpin Suriah dan lokasi pangkalan angkatan laut strategis Rusia.

Baca Juga

Outlet berita Sham FM yang propemerintah melaporkan bahwa pasukan pemerintah mengambil posisi di luar kota terbesar ketiga di Suriah, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Rami Abdurrahman yang memimpin Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, mengatakan pasukan Suriah dan anggota badan keamanan yang berbeda telah mundur dari kota tersebut, dan menambahkan bahwa pemberontak telah memasuki beberapa bagian kota tersebut.

Pemberontakan mengumumkan pada Sabtu malam bahwa mereka telah mengambil alih Homs. Penguasaan kota tersebut merupakan kemenangan besar bagi pemberontak, yang telah merebut kota Aleppo dan Hama, serta sebagian besar wilayah selatan, dalam serangan kilat yang dimulai pada 27 November. Para analis mengatakan bahwa kendali pemberontak atas Homs akan menjadi sebuah capaian signifikan.

Seorang juru bicara ruang operasi militer oposisi Suriah mengatakan bahwa para pejuang telah menguasai pedesaan barat Damaskus. “Setelah Homs, kita akan menuju Damaskus. Akan ada Suriah baru yang berdasarkan keadilan. Kami tidak menghadapi tentara sebenarnya, melainkan milisi,” katanya. Juru bicara tersebut menambahkan bahwa mereka telah berkomunikasi dengan tentara tentang mereka yang ingin membelot dari pemerintahan Assad untuk meyakinkan mereka.

photo
Pejuang oposisi Suriah menurunkan bendera resmipemerintahan Suriah setelah pengambilalihan Hama, Suriah, Jumat, 6 Desember 2024 oleh oposisi. - (AP Photo/Ghaith Alsayed)

Pergerakan pemberontak di sekitar Damaskus, dilaporkan oleh monitor dan komandan pemberontak, terjadi setelah tentara Suriah menarik diri dari sebagian besar wilayah selatan negara itu, meninggalkan lebih banyak wilayah, termasuk beberapa ibu kota provinsi, di bawah kendali pejuang oposisi.

Pejuang oposisi mungkin menganggap perbatasan Damaskus “dibentengi” karena rezim Suriah mengatakan “seluruh tentaranya” kini berkumpul di sana, jurnalis Nour Qormosh mengatakan kepada Aljazirah dari Idlib. “Tetapi [rezim] sebenarnya mengatakan hal yang sama tentang Homs, dan mereka mengatakan hal yang sama tentang Hama, dan mereka juga mengatakan hal yang sama tentang Aleppo. Jadi, kami tidak tahu apakah itu benar atau tidak,” tambah Qormosh.

Pasukan oposisi kini memiliki “keuntungan besar” karena Damaskus kini dikepung, tambah Qormosh. “Sebenarnya akan sangat sulit bagi rezim Suriah untuk melawan semua garis depan tersebut dan saya yakin hanya masalah waktu saja sebelum kota ini jatuh.” Untuk pertama kalinya dalam perang saudara yang berkepanjangan di negara tersebut, pemerintah kini hanya menguasai tiga dari 14 ibu kota provinsi: Damaskus, Latakia, dan Tartus.

 

Perkembangan dalam seminggu terakhir ini termasuk yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir oleh faksi oposisi, yang dipimpin oleh kelompok yang berasal dari al-Qaeda dan dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS dan PBB. Dalam upaya mereka untuk menggulingkan pemerintahan Assad, para pemberontak, yang dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham, atau HTS, hanya mendapat sedikit perlawanan dari tentara Suriah.

Kemajuan pesat pemberontak, ditambah dengan kurangnya dukungan dari sekutu lama Assad, merupakan ancaman paling serius terhadap pemerintahannya sejak awal perang.

photo
Warga berbaris untuk mendaftarkan diri mereka kepada pemberontak Suriah di Aleppo, Suriah, Kamis 5 Desember 2024. - (AP Photo/Omar Albam)

Utusan khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen, pada hari Sabtu menyerukan pembicaraan mendesak di Jenewa untuk memastikan “transisi politik yang tertib.” Berbicara kepada wartawan di Forum Doha tahunan di Qatar, dia mengatakan situasi di Suriah berubah setiap menitnya. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, yang negaranya merupakan pendukung utama Assad di dunia internasional, mengatakan ia merasa “kasihan terhadap rakyat Suriah.”

Di Damaskus, masyarakat bergegas membeli perbekalan. Ribuan orang pergi ke perbatasan Suriah dengan Lebanon, mencoba meninggalkan negara tersebut. Banyak toko di ibu kota tutup, kata seorang warga kepada The Associated Press, dan toko-toko yang masih buka kehabisan bahan pokok seperti gula. Ada yang menjual barang dengan harga tiga kali lipat dari harga normal. “Situasinya sangat aneh. Kami tidak terbiasa dengan hal itu,” kata warga tersebut, yang tidak mau disebutkan namanya.

Ini adalah pertama kalinya pasukan oposisi mencapai pinggiran Damaskus sejak tahun 2018, ketika pasukan Suriah merebut kembali daerah tersebut setelah pengepungan selama bertahun-tahun. PBB mengatakan pihaknya memindahkan staf yang tidak kritis ke luar negeri sebagai tindakan pencegahan.

Status Assad...

 

sumber : Associated Press
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement