Ahad 10 Nov 2024 08:14 WIB

Pelapor PBB Kecam Standar Ganda Barat Soal Kericuhan di Amsterdam

Penyerangan hooligan Israel di Amsterdam diberitakan secara tak utuh di Barat.

Pendukung Maccabi Tel Aviv berkumpul di De Dam di Amsterdam menjelang pertandingan Liga Eropa UEFA melawan Ajax di Belanda, 7 November 2024.
Foto: EPA-EFE/JEROEN JUMELET
Pendukung Maccabi Tel Aviv berkumpul di De Dam di Amsterdam menjelang pertandingan Liga Eropa UEFA melawan Ajax di Belanda, 7 November 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM – Pelapor PBB mengecam liputan media Barat tentang bentrokan antara penggemar sepak bola Israel dan penduduk setempat di Amsterdam yang terjadi pekan lalu. Media-media barat melabeli aksi pengeroyokan terhadap penggemar Maccabi Tel Aviv sebagai antisemitisme tanpa melihat kejadian sebelum serangan.

Pakar hak asasi manusia PBB Francesca Albanese mengatakan liputan media yang selektif mengenai bentrokan antara penggemar sepak bola Israel dan penduduk lokal di Amsterdam memperkuat perlunya media Barat untuk “diselidiki atas peran mereka dalam mengaburkan kekejaman Israel”.

Baca Juga

“Dalam konteks lain, pengadilan internasional telah menemukan tokoh-tokoh media bertanggung jawab atas keterlibatan, hasutan, dan kejahatan internasional lainnya,” kata pelapor khusus PBB untuk wilayah pendudukan Palestina dalam sebuah postingan di X.

Kerusuhan yang dipicu polah pendukung klub Israel Maccabi Tel Aviv meledak selepas pertandingan Liga Eropa melawan Ajax Amsterdam di Stadion Johan Cruyff pada Kamis (7/11/2024) malam. Para pendukung Maccabi terekam dipukuli hingga diceburkan ke sungai. Polisi mengatakan para penggemar meninggalkan stadion setelah pertandingan dimenangkan Ajax Amsterdam dengan skor 5-0 tanpa insiden. Namun beberapa bentrokan dilaporkan terjadi di pusat kota pada malam hari.

Rekaman video di media sosial menunjukkan sebelum kericuhan para penggemar Israel meneriakkan hinaan terhadap orang-orang Arab dan Palestina di Amsterdam. Aktivis pro-Palestina mengklaim bahwa para penggemar Maccabi Tel Aviv adalah yang pertama yang terlibat dalam pelecehan dan kekerasan, dengan mengatakan bahwa mereka menyerang orang-orang Arab di kota tersebut dan merusak bendera Palestina.

Penggemar Israel terdengar meneriakkan “We’ll f**k the Arabs,” dan “F**k Palestine” dalam rekaman video yang beredar di media sosial, meskipun tidak jelas kapan rekaman itu diambil. Terdengar juga mereka menyanyikan bahwa “Tidak ada sekolah di Gaza karena semua anak-anak sudah mati” dan “Biarkan IDF menang untuk membantai orang Arab”.

Rekaman video di medsos juga menunjukkan bahwa sebelum pertandingan para pendukung Maccabi Tel Aviv merobek bendera Palestina yang dipasang di bagian depan sebuah gedung di Rokin, untuk mencopoti dan merobek bendera Palestina yang tergantung di jendela gedung itu.

Sementara itu, klip yang dibagikan oleh sebuah laman pro-hooligan di X menggambarkan perkelahian yang disebut terjadi antara penggemar Maccabi Tel Aviv dan sekelompok pendukung Ajax Amsterdam dari kalangan Muslim-Maroko. 

Ada juga laporan bahwa sebelum kerusuhan, pendukung Maccabi Tel Aviv memukuli sopir taksi di Amsterdam yang kemudian memicu pembalasan. Video-video di media sosial menunjukkan pendukung Israel dikeroyok, bahkan ada yang diceburkan ke sungai di Amsterdam.

Terlepas dari kronologi tersebut, beberapa media besar Barat fokus pada serangan terhadap fans Israel sambil meminimalkan atau menghilangkan laporan tentang tindakan fans Israel. Terlebih, malam terjadi kerusuhan adalah juga malam peringatan Kristallnacht, peristiwa perusahan properti warga Yahudi di Jerman yang mendahului pembantaian oleh Nazi pada 1938.

Komentator politik Israel Ori Goldberg mengatakan insiden baru-baru ini menunjukkan bahwa narasi Israel telah mengambil alih Eropa. “Netanyahu tidak hanya mengirimkan pesawat kargo, tetapi juga pesawat kargo militer untuk menyelamatkan warga Israel dari tuntutan di Amsterdam,” tegas Goldberg dilansir Aljazirah.

“Fakta bahwa suporter Israel melakukan kerusuhan di tengah kota Amsterdam, menyanyikan lagu-lagu rasis dan memanjat tembok rumah untuk merobek bendera Palestina… adalah bagian dari kondisi Israel saat ini: Keterpisahan total antara tindakan dan konsekuensinya,” katanya. “Ini adalah penolakan total terhadap anggapan bahwa tindakan mempunyai konsekuensi,” tambah komentator tersebut.

Maccabi Tel Aviv didirikan pada tahun 1906 di Jaffa, sekarang bagian dari Tel Aviv. Mereka mendekam di dasar klasemen Liga Europa musim ini, di posisi 35 dari 36. Pertandingan berikutnya di Liga Europa pada 28 November adalah melawan tim Turki Besiktas, yang berbasis di Istanbul. Namun, menyusul keputusan otoritas Turki, pertandingan akan dimainkan di “tempat netral”.

Klub Maccabi Tel Aviv dan pendukungnya memang punya sejarah panjang Zionisme dan rasisme. Ironisnya, merujuk the Palestine Chronicle, saat mulai berlaga pada 1930-an, klub Maccabi Tel Aviv kerap menggunakan nama Palestina. Seluruh pemainnya adalah imigran yahudi yang tiba di wilayah Palestina untuk kelak mendirikan negara Zionis Israel.

Sejak klub tersebut diambil alih pada tahun 2009 oleh Mitch Goldhar, seorang Zionis Kanada kaya raya, jumlah pemain Arab terus berkurang. Musuh bebuyutan klub ini adalah Bnei Sakhnin, yang merupakan klub keturunan Arab Palestina tersukses di Israel. 

Saat melawan Sakhnin, penggemar Maccabi kerap melantunkan nyanyian rasis di tribun. Mereka juga akan mengibarkan bendera Israel dalam jumlah berlebihan saat bermain melawan Sakhnin.  Penerimaan manajemen terhadap perilaku rasis para penggemar ini telah melahirkan budaya rasisme di Maccabi Tel Aviv, yang pada gilirannya menciptakan ketegangan politik yang tidak sehat antara Maccabi Tel Aviv dan Sakhnin.

Media Jerman Deutsche Welle melansir, pada 2020, Saat protes terhadap Benjamin Netanyahu  berkecamuk di Yerusalem, di Tel Aviv, sekelompok pemuda menyerang pengunjuk rasa anti-Netanyahu dengan pentungan dan pecahan botol. Belakangan diketahui bahwa para penyerang adalah anggota kelompok ultras Maccabi Tel Aviv, Maccabi Fanatics.

Pada 2014, sekelompok pendukung di gerbang 11 Stadion Bloomfield, markas kelompok ultras Maccabi Tel Aviv, meneriakkan hinaan rasis ke arah Mahran Radi, seorang Arab-Israel yang saat itu bermain untuk klub tersebut. Graffiti juga disemprotkan di kawasan Tel Aviv, bertuliskan: "Kami tidak ingin orang Arab di Maccabi!" dan "Radi sudah mati."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement