Sabtu 19 Oct 2024 11:18 WIB

Syahidnya Yahya Sinwar dan Bangganya Rakyat Palestina

Kesyahidan Yahya Sinwar jadi inspiras warga Palestina meneruskan perjuangan.

Pendukung Houthi mengangkat poster pemimpin Hamas Yahya Sinwar saat unjuk rasa anti-Israel di Sanaa, Yaman, Jumat, 18 Oktober 2024.
Foto: AP Photo/Osamah Abdulrahman
Pendukung Houthi mengangkat poster pemimpin Hamas Yahya Sinwar saat unjuk rasa anti-Israel di Sanaa, Yaman, Jumat, 18 Oktober 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, Pasukan penjajahan Israel mengira, melansir video syahidnya pemimpin Hamas Yahya Sinwar akan menjatuhkan semangat perlawanan bangsa Palestina. Sebaliknya, video tersebut kini abadi di benak rakyat di Gaza dan Tepi Barat sebagai kebanggan dan contoh nyata kepahlawanan.

Bagi warga Gaza, kematian Yahya Sinwar dalam pertempuran saat mencoba memukul mundur drone dengan tongkat menggambarkan “bagaimana para pahlawan gugur.” Bagi yang lain, ini adalah contoh bagi generasi mendatang bahkan ketika warga Gaza masih menderita akibat dampak memilukan agresi brutal Israel setahun belakangan.

Baca Juga

Sinwar, yang dituding sebagai arsitek serangan pejuang Palestina pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel, syahid pada Rabu (16/10/20255) oleh pasukan Israel setelah perburuan selama setahun, dan kematiannya diumumkan pada Kamis. Sebuah video yang menunjukkan menit-menit terakhirnya, menunjukkan wajahnya berbalut keffiyeh, kain perlawanan bangsa Palestina, terluka di sebuah apartemen yang hancur saat mencoba melemparkan tongkat ke drone yang merekamnya, menginspirasi kebanggaan di kalangan warga Palestina.

“Dia mati sebagai pahlawan, menyerang tanpa melarikan diri, memegang senapannya, dan melawan tentara penjajah di garis depan,” demikian pernyataan Hamas yang berduka atas kematian Sinwar. Dalam pernyataannya, Hamas bersumpah kematiannya hanya akan memperkuat kelompok perlawanan tersebut, dan menambahkan bahwa mereka tidak akan berkompromi dengan syarat untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Israel.

“Dia syahid dengan mengenakan rompi militer, bertempur dengan senapan dan granat, dan ketika dia terluka dan berdarah dia bertarung dengan tongkat. Beginilah cara para pahlawan mati,” kata Adel Rajab, 60, ayah dua anak di Gaza. “Saya sudah menonton videonya 30 kali sejak tadi malam, tidak ada cara yang lebih baik untuk mati,” kata Ali, seorang sopir taksi berusia 30 tahun di Gaza. “Video ini akan saya jadikan tontonan sehari-hari demi anak-anak saya, dan cucu-cucu saya kelak,” kata ayah dua anak ini.

Menurut Pasukan Pertahanan Israel, Sinwar bersama dua pejuang lainnya ketika mereka terlihat pada Rabu malam di lingkungan Tel Sultan di Rafah oleh pasukan Israel, yang menembaki ketiganya dan melukai mereka. Dua orang menuju ke satu gedung, dan yang ketiga, yang kemudian diketahui adalah Sinwar, pergi ke gedung lain, kata militer Israel. Tank IDF dan pasukan lainnya kemudian melepaskan tembakan ke kedua bangunan tersebut. 

Sinwar lalu naik ke lantai dua. Sebuah tank menembakkan peluru lagi ke gedung itu, dan satu peleton infanteri bergerak untuk menggeledahnya. Sinwar melemparkan dua granat, salah satunya meledak. Para prajurit mundur, dan sebuah drone terbang untuk menggeledah ruangan. 

Drone itu menemukan seorang pria dengan lengan terluka dan wajahnya berselimut keffiyeh. Dengan kekuatan penghabisan, ia melemparkan tongkat kayu ke arah drone tersebut. Kematiannya terjadi setahun setelah serangan tanggal 7 Oktober di Israel selatan. Balasan brutal Israel kemudian menghancurkan Gaza, menewaskan lebih dari 42.000 warga Palestina, kebanyakan anak-anak dan perempuan.

Warga Palestina kini menganggap dilansirnya video saat-saat terakhir Yahya Sinwar adalah blunder yang dilakukan Israel. Video tersebut kini akan jadi alat yang ampuh untuk merekrut pejuang-pejuang baru Palestina.

“Mereka (tentara Israel) bilang dia (Sinwar) bersembunyi di dalam terowongan. Mereka mengatakan dia menahan sandera Israel di sampingnya untuk menyelamatkan nyawanya. Tapi kemarin kami melihat dia sedang memburu tentara Israel di Rafah, tempat pendudukan telah beroperasi sejak Mei,” kata Rasha, seorang ibu empat anak, pengungsi berusia 42 tahun. 

IDF baru-baru ini mengeklaim menemukan DNA Sinwar beberapa minggu lalu di terowongan Rafah di dekat enam sandera yang terbunuh. Belakangan terungkap juga bahwa DNA itu didapatkan dari terowongan yang berbeda, berjarak ratusan meter dari para sandera. Tidak dijabarkan pula kapan Sinwar ada di sana. Artinya, bukti-bukti sejauh ini menunjukkan Sinwar tak pernah berlindung di balik para sandera dan tak pernah berada di dekat tenda-tenda pengungsian atau fasilitas umum.

“Beginilah cara para pemimpin bertindak, dengan senapan di tangan. Saya mendukung Sinwar sebagai pemimpin dan hari ini saya bangga dia sebagai seorang syuhada,” tambah Rasha. 

Sebuah jajak pendapat pada September menunjukkan mayoritas warga Gaza menganggap serangan 7 Oktober adalah keputusan yang salah dan semakin banyak warga Palestina yang mempertanyakan kesediaan Sinwar untuk melancarkan perang yang telah menyebabkan banyak penderitaan bagi mereka. Rajab, yang memuji kematian Sinwar sebagai sesuatu yang heroik, mengatakan dia tidak mendukung serangan 7 Oktober, karena percaya bahwa Palestina tidak siap untuk perang habis-habisan dengan Israel. Namun dia mengatakan cara kematian Sinwar “membuat saya bangga sebagai orang Palestina.”

photo
Daftar Panjang Pembunuhan Politik Israel - (Republika)

Baik di Gaza maupun Tepi Barat, di mana Hamas juga mendapat dukungan signifikan dan pertempuran antara pasukan Israel dan kelompok pejuang Palestina meningkat selama setahun terakhir, masyarakat meyakini syahidnya Sinwar tak akan menyudahi perlawanan. 

Dan di Ramallah, Murad Omar, 54, mengatakan tidak banyak perubahan yang akan terjadi di lapangan. “Perang akan terus berlanjut dan sepertinya tidak akan segera berakhir,” ujarnya.

Di Hebron, kota yang menjadi titik konflik di Tepi Barat, Ala’a Hashalmoon mengatakan membunuh Sinwar tidak berarti melunakkan perlawanan. “Yang saya tahu, siapa pun yang meninggal, pasti ada yang menggantikannya (yang) lebih gigih,” ujarnya. 

sumber : Reuters/Associated Press
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement