Kamis 17 Oct 2024 19:16 WIB

Kisah Shaban Al-Dalou, Hafiz Alquran yang Dibakar Hidup-Hidup Israel

Kematian Shaban memicu kembali kecaman terhadap Israel.

Shaban  Al-Dalou (19 tahun), seorang hafiz Alquran yang syahid akibat bom Israel yang membakar tenda tempat ia mengungsi di Deir al-Balah, Jalur Gaza pada Ahad (13/10/2024).
Foto: AP Photo/X
Shaban Al-Dalou (19 tahun), seorang hafiz Alquran yang syahid akibat bom Israel yang membakar tenda tempat ia mengungsi di Deir al-Balah, Jalur Gaza pada Ahad (13/10/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Gambaran dari kamp yang terbakar dengan orang-orang yang terjebak dalam kobaran api menimbulkan kecaman di seluruh dunia, menambah daftar panjang kekejaman yang dilakukan oleh tentara Israel dalam serangan genosida yang sedang berlangsung di Jalur Gaza sejak Oktober lalu.

Salah satu korbannya adalah Shaban Al-Dalou, berusia 19 tahun. Ia seorang pemuda tampan, mahasiswa teknik perangkat lunak di Universitas Al-Azhar di Jalur Gaza yang juga merupakan hafiz alias penghafal Alquran.

Baca Juga

Rekaman setelah kejadian menunjukkan Shaban yang akan berusia 20 tahun pada Rabu, berbaring telentang di tengah puing-puing yang terbakar dan melambaikan tangannya saat api berkobar di sekelilingnya. Tiga orang lainnya syahid, termasuk ibu Dalou, Ala'a Abdel Nasser al-Dalou (37 tahun).

Mengungsi sebanyak lima kali sejak Oktober tahun lalu, Shaban tinggal di tenda bersama orang tua dan empat saudara kandungnya di halaman Rumah Sakit Syuhada al-Aqsa di Deir al-Balah di Gaza Utara.

Shaban juga merawat saudara-saudaranya. Sebagai seorang mahasiswa yang mempelajari ilmu komputer, ia memposting video di media sosial yang menceritakan kisah pengungsian keluarganya dan mimpinya untuk meninggalkan Gaza. Dalam sebuah video yang diunggah pada bulan Maret, yang diambil dari tenda mereka di halaman rumah sakit, ia mengatakan bahwa keluarganya meninggalkan rumah mereka di lingkungan Rimal, Kota Gaza, tepat setelah serangan dimulai pada bulan Oktober tahun lalu.

Sejak itu, katanya, mereka telah berpindah sebanyak lima kali untuk menghindari pertempuran. “Kami hidup dalam situasi yang sangat sulit,” katanya dalam video tersebut. Dia meluncurkan penggalangan dana online dengan harapan menghasilkan cukup uang untuk membawa keluarganya ke Mesir. Pada Rabu, mereka telah mengumpulkan lebih dari 24.200 dolar AS – meskipun tidak ada yang bisa meninggalkan Gaza sejak pasukan Israel merebut persimpangan dengan Mesir pada bulan Mei.

photo
Warga menyaksikan kebakaran setelah serangan Israel menghantam area tenda di halaman rumah sakit Martir Al Aqsa di Deir al Balah, Jalur Gaza, Senin, 14 Oktober 2024. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

“Saya dulu punya mimpi besar, tapi perang telah menghancurkannya,” tulisnya di halaman GoFundMe miliknya. “Waktu terasa seperti berhenti di Gaza, dan kami terjebak dalam mimpi buruk yang tidak pernah berakhir.”

Kemudian tiba Ahad, 13 Oktober, ketika pesawat tempur Israel menyerang, membakar tenda yang menampung keluarganya dan tenda beberapa keluarga lainnya di kamp yang penuh sesak saat mereka sedang tidur. "Saya tidak bisa menggambarkan perasaan saya. Saya melihat abangi saya terbakar di depan saya dan ibu saya terbakar," kata adik laki-laki Dalou, Muhammad (17), yang mengatakan dia berlari keluar tenda ketika mendengar ledakan tersebut.

Adegan awal difilmkan oleh beberapa saksi dalam video yang diunggah dan muncul di seluruh dunia dalam laporan berita. Reuters dapat memverifikasi waktu dan lokasi dua video kejadian tersebut dengan mencocokkan struktur, puing-puing, dan bangku.

“Saya mendengar suara bom, saya melihat keluar dan melihat asap sangat hitam di samping tenda kami,” kata Muhammad al-Dalou, berbicara kepada Reuters di lokasi serangan di Deir al-Balah, di mana tanah hangus dan puing-puing berserakan di antara tenda-tenda yang masih berdiri.

photo
Sisa kebakaran setelah serangan Israel menghantam area tenda di halaman rumah sakit Martir Al Aqsa di Deir al-Balah, Jalur Gaza, Senin, 14 Oktober 2024. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Dia berlari keluar tenda dan melihat ayahnya menarik keluar adik-adiknya. Kemudian dia melihat Shaban terbakar. Muhammad mencoba menjangkau Shaban, tetapi orang-orang menahannya.

Bibi Dalou, Karbahan al-Dalou dan keluarganya juga ada di sana. “Saya tiba-tiba terbangun karena api menyala ke arah saya dan anak-anak saya,” katanya.

Dia melihat keponakan dan adik iparnya terbakar dan melambaikan tangan. “Saya tidak bisa menjelaskan kepada Anda betapa menakutkannya hal itu,” katanya di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis tempat keluarganya dibawa setelah kebakaran.

Syahidnya Shaban memicu reaksi meluas di segala penjuru dunia. “Namanya Shaaban. Ia dicintai oleh keluarga dan teman-temannya, seorang penghafal Alquran. Namanya diambil dari bulan yang dalam tradisi Islam disebut sebagai bulan yang terlupakan. Jangan sampai dia dilupakan,” kata Dr Omar Suleiman, seorang sarjana dan aktivis Amerika di X.

Aktivis dan legenda musik rock, Roger Waters, juga memposting di X. “Saya baru saja menonton video pemuda yang terbakar di dalam tenda… Israel adalah negara pelaku genosida yang sangat menjijikkan,” katanya.

Dalam pesan yang kuat kepada para pemain sepak bola Eropa, salah satu pendiri Pink Floyd mendesak mereka memboikot bertanding dengan Israel pada helatan Liga Negara-Negara Eropa. “Jika Anda seorang pesepakbola dan bermain di liga negara-negara Eropa dan Anda berjalan ke lapangan sepak bola bersama siapapun dari Israel termasuk seluruh tim nasional, Anda terlibat dalam pembunuhan pemuda yang terbakar di tendanya!”

Kepada bangsa Palestina, dia berkata: “Saya minta maaf.”

Kronologi kebakaran...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement