Senin 07 Oct 2024 06:05 WIB

Cerita Aksi Boikot Produk Terafiliasi Israel yang Terus Berlanjut dan Kejayaan Merek Lokal

Di Pakistan, beberapa merek lokal berhasil jadi alternatif pengganti produk Israel.

Perempuan dan anak-anak berpartisipasi dalam unjuk rasa di Peshawar, Pakistan, Rabu (20/12/2023) yang diserukan oleh kelompok agama Pakistan Jamaat-e-Islami yang menentang serangan udara Israel di Gaza, dan untuk menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Foto: AP Photo/Muhammad Sajjad
Perempuan dan anak-anak berpartisipasi dalam unjuk rasa di Peshawar, Pakistan, Rabu (20/12/2023) yang diserukan oleh kelompok agama Pakistan Jamaat-e-Islami yang menentang serangan udara Israel di Gaza, dan untuk menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, Tidak ada lagi merek-merek Barat, terutama minuman di restoran kecil milik Wamiq Harisi yang berada di distrik timur ibu kota komersial Pakistan, Karachi. Suasana restoran pada akhir pekan lalu tampak seperti biasanya, namun ada satu hal yang jelas berbeda: Meskipun sudah satu tahun sejak serangan Israel di Jalur Gaza yang menewaskan lebih dari 41.000 orang, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, boikot terhadap merek asing, khususnya dari negara-negara yang mendukung Tel Aviv, sangat terasa di Pakistan.

"Pelanggan masih tetap meminta merek lokal, yang secara drastis mengurangi konsumsi produk Barat, terutama minuman dan makanan penutup dalam satu tahun terakhir," kata Harisi kepada Anadolu.

Baca Juga

"Selama beberapa bulan terakhir, kami hanya memesan stok terbatas untuk merek internasional seperti soda dan es krim karena permintaannya sangat minim," tambahnya.

Penurunan penjualan minuman asing ini adalah gambaran kecil dari gerakan yang digerakkan secara sosial untuk memboikot produk-produk yang terkait dengan AS dan Eropa di Pakistan di tengah serangan di Gaza.

“Kami mengira boikot ini, seperti kampanye serupa sebelumnya, akan berlangsung beberapa bulan saja, tapi ternyata saya salah. Ini masih berlanjut: orang-orang (masih) cenderung memboikot,” ujar Haris.

Dari penyedia katering tradisional hingga restoran cepat saji, dari asosiasi pengacara hingga klub sosial, gerakan boikot ini telah meninggalkan jejaknya. Jumlah pelanggan di jaringan makanan cepat saji Amerika seperti KFC dan McDonald's juga menurun dalam beberapa bulan terakhir, memaksa restoran untuk mengurangi operasional di seluruh negeri.

Penurunan penjualan ini memaksa penutupan salah satu cabang makanan cepat saji asing pertama di Karachi beberapa bulan lalu, yang diluncurkan pada tahun 1990-an. Asosiasi Pengacara Tinggi Provinsi Sindh bagian selatan, yang melarang penjualan minuman berlabel dan air kemasan di lingkungan pengadilan pada November lalu, tetap teguh pada keputusannya.

Banyak organisasi, termasuk Asosiasi Pengacara Karachi dan klub media, juga mengikuti langkah ini, meskipun merek asing, terutama soda dan air, masih tersedia.

"Sebelum memesan (untuk upacara pernikahan), orang-orang dengan jelas menyampaikan; tidak ada minuman atau es krim merek asing," kata Mohammad Kafeel, seorang katering berbasis di Karachi, kepada Anadolu.

Beberapa bulan lalu, sebuah video viral di media sosial menunjukkan seorang pria muda mengenakan keffiyeh syal bermotif hitam-putih yang merupakan simbol gerakan pembebasan Palestina, pada acara pertunangannya di Karachi. Video-video lain menunjukkan warga Pakistan, termasuk perempuan dan anak-anak, membawa bendera Palestina dan secara rutin memprotes di restoran KFC dan McDonald's di seluruh negeri.

photo
Rupa-Rupa Dampak Boikot Israel - (Republika)

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement