Senin 30 Sep 2024 22:43 WIB

10 Drone Israel Bombardir Houthi di Yaman, Seberapa Besar Dampaknya?

Houthi berjanji akan membalas kematian Sayyed Hassan Nasrallah

Anggota suku yang setia kepada Houthi menginjak bendera AS dan Israel selama protes anti-AS dan anti-Israel, di pinggiran Sanaa, Yaman, 25 Januari 2024.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, TAIZ - Saat matahari hampir terbenam, jet-jet tempur Israel melancarkan beberapa serangan udara pada Ahad (29/9/2024) yang menargetkan dua pelabuhan dan dua pembangkit listrik di gubernuran Hodeidah yang strategis dan dikuasai oleh Houthi di Yaman barat.

Dalam apa yang digambarkan oleh kelompok Houthi sebagai “agresi Israel dengan dukungan Amerika Serikat” yang menargetkan provinsi Laut Merah, yang digambarkan sebagai “paru-paru” bagi Houthi karena memiliki tiga pelabuhan vital.

Baca Juga

Saluran satelit al-Masirah yang berafiliasi dengan Houthi melaporkan bahwa serangan Israel menargetkan pelabuhan al-Hodeidah dan Ras Issa, serta pembangkit listrik al-Hali dan Ras Kutayb di provinsi tersebut.

Kementerian Kesehatan dalam pemerintahan Houthi (yang tidak diakui secara internasional) mengumumkan bahwa serangan Zionis ke Hodeidah menewaskan empat warga sipil dan melukai 40 orang lainnya, sebagian besar dari mereka kritis.

Kantor berita Saba yang dikelola Houthi di Sanaa mengutip sebuah sumber keamanan yang mengatakan bahwa “serangan penjajah Israel di pelabuhan Ras Issa menargetkan tangki-tangki minyak.”

Israel Broadcasting Corporation melaporkan bahwa puluhan pesawat Israel ikut ambil bagian dalam serangan di Hodeidah, yang menargetkan pelabuhan, pembangkit listrik, dan fasilitas penyimpanan minyak.

'Tidak akan dibiarkan begitu saja'

“Agresi baru Israel menargetkan fasilitas sipil di al-Hodeidah sebagai upaya untuk mematahkan keputusan Yaman untuk mendukung Gaza,” ujar juru bicara Houthi, Mohammed Abdulsalam, dalam sebuah pernyataan.

“Agresi Zionis yang didukung Amerika Serikat dikutuk, dikecam, dan ditolak, dan tidak dapat mempengaruhi kehendak rakyat Yaman, yang lebih kuat daripada arogansi Amerika Serikat-Israel terhadap rakyat di wilayah ini,” kata Abdulsalam.

“Agresi Israel terhadap Yaman ini mengabadikan peran Yaman yang berprinsip terhadap Palestina dan Gaza, dan apa yang ditekankan oleh rakyat Yaman dalam demonstrasi mingguan jutaan orang mereka adalah bahwa mereka tidak akan meninggalkan Gaza dan Lebanon,” ujar juru bicara Houthi tersebut. Dewan Politik Tertinggi Houthi bersumpah bahwa “agresi Israel ke al-Hodeidah tidak akan dibiarkan begitu saja”.

“Agresi brutal Israel terhadap negara kami dan penargetan pembangkit listrik bertujuan untuk menggandakan penderitaan rakyat Yaman,” katanya dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa hal itu akan membuat Yaman enggan untuk mendukung ‘rakyat Palestina dan perjuangan Palestina yang adil dan benar.

Sementara itu, Menteri Transportasi Houthi, Mohammed Ayyash Qahim, meminimalkan dampak dari serangan Israel. “Di al-Hodeidah dan Yaman secara umum, warga keluar langsung untuk menyaksikan pengeboman ketika pesawat-pesawat itu terbang,” kata Qahim, mantan gubernur al-Hodeidah, di platform X.

“Hari ini, sebagian besar warga pergi ke lokasi pengeboman yang sedang dibombardir,” tambahnya. “Siapa yang akan mengatakan kepada Netanyahu (Perdana Menteri Israel) yang gila itu bahwa rakyat Yaman selalu kuat di dalam Tuhan?

Menurut laporan PBB, sekitar 70 persen dari semua impor ke Yaman, termasuk turunan minyak, masuk melalui pelabuhan Hodeidah, selain menjadi pelabuhan utama di negara itu untuk bantuan yang diberikan oleh PBB dan organisasi internasional.

Pelabuhan Ras Issa adalah salah satu pelabuhan terdalam di Yaman dan ditandai dengan kemampuannya untuk menerima tanker berukuran besar, menurut situs web Kementerian Transportasi Houthi.

Kedua pembangkit listrik ini penting karena memasok listrik ke al-Hodeidah, dan jika keduanya dimatikan, banyak penduduk yang berlangganan layanan tersebut akan terpengaruh.

Tidak ada dampaknya...

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement