Ahad 22 Sep 2024 17:30 WIB

Satgas Cartenz Pastikan tak Ada Uang Tebusan Pembebasan Kapten Philip

Satgas andalkan negosiasi untuk bebaskan Kapten Philip.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Indira Rezkisari
Pilot Susi Air Phillip Mark Mehrtens (atas) berbicara dalam konferensi pers terkait pembebasan dirinya dari penyanderaan Tentara Pembebasan Nasionanl Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) di  Pangkalan TNI AU Yohanis Kapiyau Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Sabtu (21/9/2024). Philip yang merupakan WNA asal Selandia Baru itu disandera oleh kelompok bersenjata pimpinan Egianus Kogoya sejak Februari 2023 saat mendaratkan pesawat jenis Pilatus Porter PC-6 di lapangan terbang Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Foto: Dok Republika
Pilot Susi Air Phillip Mark Mehrtens (atas) berbicara dalam konferensi pers terkait pembebasan dirinya dari penyanderaan Tentara Pembebasan Nasionanl Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) di Pangkalan TNI AU Yohanis Kapiyau Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Sabtu (21/9/2024). Philip yang merupakan WNA asal Selandia Baru itu disandera oleh kelompok bersenjata pimpinan Egianus Kogoya sejak Februari 2023 saat mendaratkan pesawat jenis Pilatus Porter PC-6 di lapangan terbang Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.

REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA — Aparat keamanan Indonesia memastikan tak ada uang tebusan dalam pembebasan Kapten Philip Mark Marthens dari penyanderaan kelompok separatis bersenjata Papua Merdeka. Kepala Operasi Damai Cartenz Brigadir Jenderal (Brigjen) Faizal Ramadhani menegaskan, aparat gabungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri selama ini hanya mengandalkan pendekatan dan negosiasi dengan Egianus Kogeya agar melepaskan pilot maskapai penerbangan Susi Air tersebut.

“Nggak ada tebusan. Tidak ada tebusan. Kita hanya menggunakan sarana kontak saja,” begitu kata Brigjen Faizal, di Timika, Ahad (22/9/2024).

Baca Juga

Brigjen Faizal yang kini juga menjabat sebagai Wakapolda Papua itu juga mengatakan, ada banyak peran keterlibatan pihak-pihak ketiga di luar TNI-Polri dalam usaha menyelematkan Kapten Philip. Kata dia, TNI-Polri melibatkan para tokoh-tokoh masyarakat dari kalangan adat, dan kalangan gereja, juga keluarga dari Egianus Kogeya selaku pemimpin kelompok penyandera.

“Kita mengandalkan peran tokoh-tokoh masyarakat. Kemudian kita juga melakukan pendekatan kekeluargaan, dengan sarana-sarana kontak, dan itu sudah berlangsung beberapa waktu,” kata Brigjen Faizal.

Pada Sabtu (21/9/2024) siang, kata Brigjen Faizal, komunikasi dan negosiasi yang dilakukan berhasil meyakinkan Egianus Kogeya untuk melepaskan Kapten Philip. Dan pilot berkebangsaan Selandia Baru itu, pun dijemput oleh TNI-Polri di Kampung Yuguru, di Nduga, Papua Pegunungan, lalu dibawa ke Timika, Papua Tengah.

Dan pada hari itu juga, Kapten Philip diterbangkan ke Jakarta melalui Timika menggunakan pesawat Angkatan Udara (AU). Selama pelepasan, pun juga penjemputan Kapten Philip itu, kata Brigjen Faizal memastikan, juga tak ada terjadi kontak senjata.

“Kita tidak turunkan pasukan. Hanya tim negosiasi saja. Dan aman sudah,” ujar Faizal. Pada Sabtu (21/9/2024) di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur (Jaktim) Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Hadi Tjahjanto menyerahkan tanggung jawab Kapten Philip yang sudah dibebaskan ke Kedutaan Selandia Baru.

Kapten Philip dalam penyanderaan kelompok separatis bersenjata Papua Merdeka sejak 7 Februari 2023. Ketika itu, pemimpin bersenjata Papua Merdeka di wilayah Nduga, Egianus Kogeya melakukan penyerangan ke Lapangan Udara Paro.

Pesawat penerbangan sipil yang dipiloti oleh Kapten Philip membawa para penumpang sipil dari Mimika. Para penumpang dibebaskan. Namun Egianus Kogeya dan kelompoknya menyandera Kapten Philip dan membakar pesawat perintis milik Susi Air tersebut.

Selama dalam penyanderaan, TNI-Polri beberapa kali melakukan misi dan operasi militer pembebasan. Akan tetapi kerap berakhir kegagalan yang menyebabkan belasan prajurit tewas. Namun nasib Kapten Philip ini, lebih baik dari insiden setelahnya.

Pada 5 Agustus 2024, pilot Helikopter PT Angkasa Intan Air Service, Kapten Glenn Malcolm Conning yang juga asal Selandia Baru, tewas diserang kelompok separatis bersenjata di Distrik Alama, di Timika, Papua Tengah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement