Ahad 15 Sep 2024 10:42 WIB

Parah, Warga Israel Meracuni Ternak Warga Palestina di Tepi Barat

Pemukim ilegal Israel terus memaksa petani Palestina meninggalkan tanah mereka.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Tentara Israel mengambil posisi selama operasi penghancuran rumah milik warga Jenin di Tepi Barat, Palestina.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Tentara Israel mengambil posisi selama operasi penghancuran rumah milik warga Jenin di Tepi Barat, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Pemukim ilegal Israel membunuh 72 domba warga Palestina dengan meracuni air minum ternak tersebut di barat laut Jericho, Tepi Barat, Palestina yang diduduki. Informasi tersebut disampaikan seorang aktivis yang menyaksikan langsung kejadian itu pada Sabtu (14/9/2024).

Hassan Mleihat, pengawas umum Organisasi Al-Baydar untuk Pembelaan Hak-hak Badui, mengatakan kepada Anadolu, pemukim di wilayah Arab al-Mleihat sengaja mencemari pasokan air yang digunakan oleh dua penggembala setempat, Suleiman dan Mohammed Ali Mleihat, untuk ternak mereka.

Baca Juga

"Serangan ini merupakan bagian dari rangkaian serangan yang terus-menerus dilakukan oleh pemukim ilegal yang bertujuan menekan dan memaksa petani Palestina meninggalkan tanah mereka," kata Mleihat.

Dia menekankan, komunitas Badui semakin terancam oleh para pemukim sebagai bagian dari kebijakan pemerintah Israel yang lebih luas untuk menggusur komunitas tersebut. Menurut Komisi Perlawanan Terhadap Kolonisasi dan Tembok pemerintah Palestina, sejak 7 Oktober 2023, pemukim Israel telah membunuh 19 warga Palestina, melukai lebih dari 785 lainnya, dan menggusur 28 komunitas Badui.

Dalam insiden lain pada hari yang sama, pemukim Israel dari permukiman Atarot, yang terletak di dekat desa Umm Safa, utara Ramallah, mulai meratakan tanah dan mendirikan tenda di wilayah Palestina. Kepala Dewan Desa Umm Safa, Marwan Sabah, mengatakan, tindakan tersebut adalah bagian dari upaya yang lebih besar untuk merebut tanah yang mencakup sekitar 500 dunam (123 hektare).

"Para pemukim melakukan ini di bawah perlindungan tentara Israel, yang memungkinkan mereka untuk terus merampas tanah," ujar Sabah.

Dia mencatat, selama bertahun-tahun, otoritas Israel telah menyita hampir 4.000 dunam (1.000 hektare) tanah di desa tersebut dengan berbagai alasan. Umm Safa diklasifikasikan sebagai Area C berdasarkan Kesepakatan Oslo, yang berarti berada di bawah kendali penuh Israel dan sangat rentan terhadap penyitaan tanah.

Sabah menyerukan intervensi internasional untuk menghentikan para pemukim mengambil alih tanah tersebut. Warga Palestina setempat menggelar aksi protes di Umm Safa untuk mengecam serangan tersebut serta dukungan tentara Israel terhadap aksi para pemukim.

Populasi pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur, kini melebihi 720.000, menurut perkiraan Israel. Ketegangan terus meningkat di seluruh Tepi Barat di tengah serangan militer Israel yang menghancurkan Gaza, yang telah menewaskan hampir 41.200 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.

Setidaknya 703 orang, termasuk 159 anak-anak, telah tewas dan lebih dari 5.700 orang terluka akibat tembakan Israel di Tepi Barat, menurut Kementerian Kesehatan. Peningkatan kekerasan itu terjadi setelah opini bersejarah dari Mahkamah Internasional pada 19 Juli 2024, yang menyatakan pendudukan Israel atas tanah Palestina selama puluhan tahun sebagai tindakan ilegal.

Mahkamah Internasional pun menyerukan evakuasi semua permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Hal itu karena pendudukan Israel masih terus berlangsung sampai sekarang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement