REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dosen dari Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Lorenta In Haryanto melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat bersama Tri Yuni Hendrawati dan Darto serta dua mahasiswanya Febri Yani dan Firgi Adha Listanto. Mereka memberikan bantuan alat hidroponik 54 lubang dengan sistem NFT, sekaligus bersama-sama melakukan proses instalasi (03/09/2024).
Program berjudul "Peningkatan Pendapatan Usaha Tani Hidroponik Generik dengan Penerapan Teknologi Panel Surya pada Pompa Mesin Air" telah memenangkan hibah DRTPM Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat dengan Nomor Kontrak Utama: 125/E5/PG.02.00.PL/PM.BARU/2024. Mitra yang dilibatkan adalah Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan (P4S) Hidroponik Generik, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
“Ini merupakan lanjutan dari rangkaian kegiatan sebelumnya yaitu sosialisasi, pelatihan dan penyusunan pembukuan keuangan, serta pelatihan dan pendampingan pembuatan akun media sosial (Instagram) terintegrasi akun Whatsapp Business. Pelaksanaan kegiatan ini sekaligus dituangkan dalam perjanjian kerjasama dengan institusi baik MoA (Memorandum of Agreement) maupun IA (Implementation Agreement)” ungkap Lorenta selaku ketua tim.
Serah terima bantuan alat dan pelatihan hidroponik dilaksanakan sebagai bentuk budidaya tanaman yang memanfaatkan air tanpa media tanah, dengan memfokuskan pada pemenuhan hara nutrisi bagi tanaman. Pelatihan hidroponik tersebut merupakan dasar dari diadakannya kegiatan utama yaitu pemanfaatan tenaga matahari sebagai pengganti listrik untuk mesin pompa air.
Rakitan hidroponik yang dikerjakan menggunakan sistem NFT (Nutrient Film Technique). Menanam tanaman menggunakan cara ini memerlukan pompa air agar nutrisi yang mengalir bersama air dapat dialirkan ke akar-akar tanaman. Apabila pompa berhenti berjalan, semua hara di dalam pipa akan habis dan tanaman akan mengering dalam hitungan jam.
“Air merupakan komponen penting dalam sistem hidroponik. Penggunaan listrik sebagai sumber energi pada sistem NFT menyebabkan biaya yang tinggi sehingga diperlukan alternatif sumber daya lain yang lebih hemat biaya,” ujar Latifah, ketua P4S Hidroponik Generik.
Kelompok tani Hidroponik Generik memproduksi bayam hijau dan bayam merah secara rutin setiap minggunya. Dengan luas lahan sebesar 200 m2, kelompok tani ini memiliki kapasitas produksi mencapai 600 kg per bulan. Jalur pemasaran pun sudah terjalin dengan perusahaan pemasok dan supermarket, sayangnya produksinya masih belum mampu memenuhi permintaan.
Melalui hibah dari Kemdikbudristek ini diharapkan penambahan alat hidroponik NFT mampu meningkatkan produksi dan membantu mengatasi permasalahan mitra.