Rabu 28 Aug 2024 12:04 WIB

IPS Sebut Dedi-Erwan Dinilai Paling Siap dan Kuat di Pilgub Jabar

Dedi Mulyadi bukan figur yang tiba-tiba muncul di Jawa Barat.

Calon Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi menunggang kuda menuju Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar, Jalan Garut Kota Bandung, saat akan mendaftar Pilgub Jabar 2024, Selasa (27/8/2024). KPU Jabar sudah membuka pendaftaran pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar mulai 27-29 Agustus 2024.
Foto: Edi Yusuf
Calon Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi menunggang kuda menuju Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar, Jalan Garut Kota Bandung, saat akan mendaftar Pilgub Jabar 2024, Selasa (27/8/2024). KPU Jabar sudah membuka pendaftaran pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar mulai 27-29 Agustus 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Riset Indonesian Political Studies (IPS), Arman Salam, melihat  pasangan Dedi Mulyadi – Erwan Setiawan, paling potensial memenangi Pilkada Jawa Barat 2024. Hal ini karena Dedi-Erwan dinilainya lebih siap dan lebih kuat dibandingkan pasangan lain, yang maju sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur Jawa Barat. 

Hal ini disampaikan Arman menanggapi kemeriahan pasangan Dedi-Erwan, saat mendaftar secara resmi ke KPUD Jabar. Menurut Arman, sejumlah faktor yang menguatkan Dedi Mulyadi jauh lebih siap dibanding kandidat lain, tergambar bukan saja pada saat mendaftar ke KPUD dengan kemasan khas kesundaannya, tapi juga terlihat dari sejumlah rangkaian kegiatan sosialisasinya yang inten dan massif dilakukan selama ini.

“Kalau bicara siapa yang lebih serius dan lebih siap, ya Kang Dedi. Dia bukan calon yang tiba-tiba muncul, tapi sudah dari jauh hari dirinya memang mempersiapkan diri untuk maju sebagai calon gubernur,” kata Arman, dalam siaran pers, Rabu (28/8/2024).

Dalam pengamatan Arman, Dedi yang didukung Gerindra, Golkar dan PAN itu bukan hanya lebih siap untuk maju, tapi juga  lebih siap dari sisi konsep. Menurutnya, Dedi  sudah punya bekal konsep yang dibuat sebelumnya tentang bagaimana membangun Jawa Barat. Terutama, membangun dengan sentuhan yang berakar pada tradisi kuat kesundaan.

Ia membandingkan dengan kandidat lain seperti Ilham Habibie yang didukung Nasdem dan bahkan Ahmad Syaikhu dari PKS. Jika benar akhirnya maju dan mendaftar, keduanya termasuk kandidat yang muncul tiba-tiba. 

Meskipun,  lanjut Arman, poin utamanya bukan di situ. Tapi, dengan majunya mereka terkesan sangat kuat seperti dipaksakan. “Saya tidak tahu, apa konsep Ilham membangun Jawa Barat? Mungkin dia akan lebih membumi jika maju sebagai calon gubernur Sulawesi Selatan,” ungkapnya.

Dalam kontek itulah, kata Arman, sangat wajar jika hasil dari sejumlah lembaga survei, elektabilitas  Dedi Mulyadi jauh meninggalkan kandidat lain. Apalagi dengan Ilham Habibie yang masih di bawah 5%. Bahkan, termasuk, dengan Ahmad Syaikhu yang masih di bawah 10%.

Arman mengakui, bahwa dinamika politik ke depan masih mungkin terjadi. Termasuk, jika dalam dua sampai tiga bulan kedepan ada pergerakan sosialisasi yang massif dari kompetitor Dedi Mulyadi. Namun, dalam waktu singkat tersebut, tak mudah seorang kandidat mendongkrak elektabilitas, apalagi kandidat yang masih terkendala tingkat pengenalan.

Meski begitu, Arman mengingatkan, Dedi Mulyadi harus tetap waspada alias tidak lengah. Bebagai potensi abnormal bisa saja terjadi. Terutama, jika ada tsunami politik karena berbagai isu negatif yang tiba-tiba muncul dan merontokan elektabilitasnya.

“Intinya, Kang DM tak boleh lengah. Ada banyak bahan yang bisa merontokam dia. Tugas besar Kang DM sekarang ini, bagaimana mendongkrak strong supporter nya sampai tembus di angka 35%, jangan sampai dibawah itu agar bisa menang melenggang,” papar Arman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement