Jumat 16 Aug 2024 00:58 WIB

Kegagalan PBSI, Psikolog Olahraga, dan Janji Fadil Imran

Psikolog olahraga dibutuhkan seluruh induk olahraga Indonesia demi prestasi terbaik.

Ketua Tim Ad Hoc PBSI M Fadi Imran (keempat dari kiri), Gregoria Mariska Tunjung (keempat dari kanan) dan Prof Hamdi Muluk (kanan) dalam konferensi pers tim Ad Hoc PBSI di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (15/8/2024) petang.
Foto:

"Itu seperti meminta orang maju ke medan perang tanpa mempersiapkan mereka dengan baik cara untuk berperang," ujar dia.

Hamdi kemudian menjelaskan sembilan tahapan untuk membentuk mental atlet menjadi tangguh dan siap berkompetisi di level tinggi. Mulai dari menetapkan sasaran, menguasai teknik relaksasi untuk mengontrol kecemasan, sampai di level tertinggi bisa memvisualisasikan yang harus dilakukan untuk merespons permainan lawan.

"Tahapan-tahapan ini harus diajarkan satu per satu ke atlet, tak bisa melompat, dan itu membutuhkan waktu," ungkap Hamdi.

Waktu ini yang menjadi "musuh" terbesar bagi Hamdi dan timnya di tim Ad Hoc. Sebab, rentang waktu sejak ia mulai bekerja sampai penyelenggaraan Olimpiade Paris relatif singkat. Menurut Hamdi, sulit untuk bekerja optimal. Terlebih, lazimnya dalam psikologi, kedekatan antara dua pihak akan menentukan output-nya. Hamdi mengatakan, terkadang atlet enggan atau menahan diri mengungkapkan suasana hati mereka walaupun dari bahasa tubuh ia tahu mereka dalam kondisi tertekan.

"Dari hasil evaluasi, ada peningkatan performa atlet kita sejak kehadiran tim Ad Hoc. Namun ternyata peningkatan atlet-atlet dari negara pesaing juga meningkat melebihi kita," ungkap dia.

Hamdi menyarankan, ke depan PBSI harus memiliki tim psikolog yang diisi oleh psikolog olahraga yang kompeten dan berkonsentrasi penuh menangani para atlet. Bukan yang juga harus menyambi di tempat lain.

Hamdi menuturkan, psikologi olahraga merupakan jurusan yang kurang diminati karena bayaran yang didapat tak sebesar misalnya bagi lulusan psikologi industri dan organisasi. Beberapa psikolog olahraga, kata Hamdi, harus bekerja di beberapa tempat untuk mendapatkan bayaran yang cukup.

"Jadi kita harus mendorong, bukan hanya PBSI, melainkan juga induk-induk olahraga lain agar memiliki psikolog olahraga yang benar-benar fokus menangani atlet mereka, tidak lagi bekerja di tempat lain. Memang akan mengeluarkan biaya, tapi mengingat persaingan ketat di dunia olahraga sekarang, hal tersebut dibutuhkan karena psikologi olahraga juga termasuk bagian dari keseluruhan sport science. Jika ingin mendapatkan prestasi yang baik, langkah ini harus diambil," ungkap Hamdi panjang lebar.

Dalam diskusi ini, saya membayangkan betapa akan hebatnya para pebulu tangkis kita nanti jika sejak dini mereka sudah mendapatkan pengajaran sistematis untuk membentuk ketangguhan mental. Ketika menjadi atlet andalan, mereka hanya tinggal mengulang kembali, mengingat-ingat pelajaran yang telah mereka dapatkan semenjak junior.

"Jika atlet pratama di PBSI sudah diajarkan cara mengatasi tekanan dan lain-lain, akan lebih mudah menangani mereka ketika naik level, ya Prof," kata saya yang diamini oleh Hamdi.

Kata dia, semakin lama berinteraksi secara rutin, diharapkan terbangun koneksi antara atlet dan psikolog. Jika ini terjadi, akan lebih mudah bagi atlet untuk terbuka, "curhat" atas masalah yang mereka hadapi agar dicarikan jalan keluarnya oleh psikolog yang rutin memainatu mereka.

Fadil Imran sudah mencanangkan target meraih emas Olimpiade Los Angeles 2028 setelah terpilih sebagai Ketua Umum PP PBSI periode 2024-2028, pekan lalu. Sebagai Ketua Tim Ad Hoc, ia sudah memegang hasil evaluasi terperinci aspek-aspek yang menjadi penyebab kegagalan pebulu tangkis Indonesia di Paris. Termasuk dari sisi psikologis.

Saya mengutarakan harapan ke Fadil untuk menerapkan sport science yang lebih komprehensif. Termasuk kehadiran psikolog, saat ia mulai memimpin PBSI pada November tahun ini. Biar aspek mental tak lagi menjadi kambing hitam seperti yang sudah-sudah.

Saya tegaskan, kita harus lebih baik dalam menetapkan sasaran dan mengeksekusinya secara terukur dengan sport science. Tidak cuma mencari alasan pembenaran dari suatu kegagalan. Alhamdulillah, Fadil mengiyakannya.

Hamdi melihat Fadil punya konsen untuk memperbaiki kekurangan saat memimpin PBSI nanti. Ia berharap Fadil bisa mengkreasi program terbaik berbasis sport science serta secara maksimal mengeksekusinya. Harapan yang pastinya juga jadi keinginan semua rakyat Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement